Habis RONALDO, Terbitlah SCHWEINSTEIGER

Christiano Ronaldo

DENGAN penuh keyakinan, ia lalu bersiap untuk menyepak bola. Lelaki bernama lengkap Cristiano Ronaldo dos Santos Aveiro itu amat berharap agar hari ini ia akan menorehkan sejarah. Jika klub itu menang, ia akan menorehkan namanya di partai final Liga Champion, Eropa. Ia akan memahat pencapaian baru dalam sejarah kariernya sebagai pesepakbola handal. 

Sesaat, ia membayangkan masa-masa awal ketika pertama menendang bola di Madeira, sebuah desa kecil di tepi laut Portugal. Ayahnya, pria pemabuk bernama Jose Dinis Aveiro, sering tak rela melihat anaknya bermain bola. Siapa sangka jika kelak profesi pesepakbola itu akan membawa sang anak ke puncak ketenaran sebagai salah satu pesohor di dunia bola. Sementara sang ayah, harus tewas tahun 2005 silam akibat prilaku mabuk-mabukan di bar kecil di kampung itu. 

Hidup memang serupa perkara menang kalah. Ronaldo merasa menang dengan semua pilihannya, sementara sang ayah dalam posisi kalah. Dalam usia 20 tahun, Ronaldo harus menjadi yatim bersama kakaknya Hugo dan dua adiknya Elma dan Liliana. Dalam usia semuda itu, ia harus menghidupi keluarga, menjadi ayah bagi dua adik, dan membantu nafkah sang ibu yang berprofesi sebagai tukang masak. “Kehilangan ayah bukanlah perkara mudah. Tapi saya harus kuat. Saya harus kuat untuk semuanya. Sejak saat itu, saya tak pernah takut,” katanya suatu ketika. 

Maka di lapangan Santiago Bernabeu kemarin, Ronaldo mencoba untuk lebih kuat dari biasanya. Kepercayaan dirinya dikerek tinggi-tinggi dan berkibar. Ia sedang bersama pasukan titan yang sukses membungkam pasukan malaikat Barcelona. Mereka sukses memperagakan formasi tempur yang tak sanggup ditandingi pasukan Barcelona. Tak salah jika sehari setelah pertandingan itu, legenda Madrid, Aitor Karanka, menyebutnya sebagai pemain terbaik dunia. Bahkan jauh lebih baik dari Lionel Messi. 

Laksana siklus kehidupan, Ronaldo sedang di puncak. Hari ini, ia membuktikan ketangguhan itu bersama Real Madrid. Timnya bertarung kesetanan. Selama 90 menit, ia telah menjadi bagian dari pasukan Madrid yang bertarung bak matador demi menaklukan banteng permainan tim Bayern Muenchen. Tusukan mautnya berbuah dua gol bagi Madrid. Namun, lawan berhasil menjajari langkah mereka. Kini, ia mesti menjadi penendang pertama dalam drama adu penalti. Ia lalu menguatkan hati dan bersiap menendang. 

seusai mencetak gol

Di lapangan itu, bola seakan menjadi telunjuk dewa yang semaunya hendak mengarah ke mana. Bola mendefinisikan siapa yang kelak akan menjadi pemenang dalam duel hari itu. Bola pula yang kemudian menempatkan Ronaldo sebagai pihak yang gagal menendang. Maka gemuruh kecewa telah berkumandang di seantero stadion. Semua pihak seakan menghukumnya dan tak peduli dengan dua gol yang diciptakannya malam itu. 

Entah, apakah gerangan yang salah. Ronaldo seorang yang brilian dan jarang gagal. Namun ia justru gagal pada satu momen penting yang mestinya membesarkan namanya. Tak ada yang kurang dari permainan Real Madrid. Mereka memiliki semuanya dan mestinya sudah melenggang ke partai final. Tapi bola seakan tidak mau berpaling kepada mereka. Bola seolah memiliki kuasa untuk mendefinisikan siapa yang layak mendapat kemuliaan, dan siapa yang kelak mendapatkan umpatan. 

Bola laksana Dewi Fortuna yang kadang semaunya menjatuhkan diri hendak ke mana. Sahabat Ronaldo di Madrid, Iker Cassilas, tak punya bahasa lain untuk menjelaskan ini. Seusai gagal menahan tendangan penalti, ia hanya berucap lirih, “Ini ibarat kalah lotere.” Permainan itu memang serupa lotere. Kadang dirimu beruntung, kadang dirundung malang. Namun pelatih Jose Mourinho punya jawaban yang lebih bijak. “Sepakbola memang seperti itu. Itulah hidup!” katanya usai pertandingan. 

Hari ini, Ronaldo menjadi bulan-bulanan. Padahal, beberapa jam sebelumnya, ia adalah pahlawan. Untungnya, Jose Mourinho membela Ronaldo atas kegagalan itu. "Orang-orang yang gagal dalam mencetak gol adalah orang-orang yang memiliki keberanian untuk menembak. Tak takut, tak egois, mereka melakukannya dan mencoba. Saya bangga dengan para pemain saya," katanya. Mungkin demikianlah lagu kehidupan. Anda bisa disanjung, namun kemudian dicaci secepat kilat. Itulah takdir Ronaldo. 

Momen Magis

Jika Madrid tengah dirundung duka, beda halnya dengan Bayern Muenchen. Mereka justru tengah bersuka dan merayakan mmen bahagia ini. Pelatih Jupp Heynckes menyebut kemenangan ini sebagai hal yang magis. "Ini malam yang magis. Kami memiliki masalah besar di 15 menit pertama. Namun, setelah itu tim kami bangkit dan mendominasi permainan," kata Heynckes yang juga pernah melatih Real Madrid. 

Bastian Schweinsteiger

Namun, pihak yang paling bahagia di sini adalah penendang terakhir Bastian Schweinsteiger. Dirinyalah yang kini bertengger di atas awan. Dirinyalah yang memiliki ketenangan demi mengalahkan penjaga gawang Iker Casillas. Dirinyalah yang sedang disapa oleh Dewi Fortuna.

Tak banyak yang tahu siapa seungguhnya pria asal Kolbemoor, Jerman ini. Tak banyak yang tahu kalau sepuluh tahun silam, ia hanyalah seorang anak kecil yang duduk dekat gawang dan berharap disapa pemain bola hebat yang disebutnya sebagai para bintang. "Saya ini seorang ball-boy di stadion, dan itu selalu senang berada dekat di lapangan mengamati bintang-bintang," katanya, suatu ketika. 

Ia tak pernah lelah menyaksikan para pemain Jerman yang hebat-hebat. Sungguh suatu keajaiban ketika dirinya akhirnya bermain brsama mereka yag dulu hanya bisa disaksikannya. “Sungguh ajaib jika akhirnya saya bisa setim dengan Giovanni Elber, Oliver Kahn, Jens Jeremies, dan Mehmet Scholl,” lanjutnya. Saking cintanya dengan bola, Schweinsteiger tak malu-malu saat memberanikan diri untuk meminta sepatu boot pada mantan bintang Bayern Munich Owen Hargreaves. 

Ia meminta boot sebagai tanda mata yang kemudian akan dipamerkan ke mana-mana. "Saya masih ingat menjadi satu-satunya orang yang berada di tempat latihan. Saya bahkan menghabiskan waktu menonton Owen Hargreaves sendirian," ungkapnya. Hari ini, ia menjadi penendang terakhir. Ajaib! Sebelum menendang, ia langsung teringat akan sepatu yang pernah diberikan Hargreaves. Ia sukses melakukan tendangan dan sekian detik berikutnya, ia lalu menjadi pahlawan kemenangan tim. 

merayakan kegembiraan

Apakah gerangan spirit yang membuatnya begitu tenang mengeksekusi tendangan? Ia sempat terdiam lalu mejawab pelan. Semuanya berkat sepatu boot yang kemudian menempanya dengan spirit baja untuk menyempurnakan geraknya di dunia sepakbola. Sepatu yang kemudian melahirkan komitmen dalam dirinya untuk menjadi yang terbaik. Sepatu boot dari seorang bintang yang membawa tuah agar dirinya ikut menggapai bintang-bintang. Sepatu yang menjadi jejak dan tanda baginya untuk mengasah diri di lapangan bola. Mengasah dirinya menjadi manusia yang sempurna. 



1 komentar:

Arsal Amiruddin mengatakan...

Beberapa rumah terbakar, tiga orang meninggal, semua cafe remang-remang disegel karena perkelahian beberapa pemuda. Momen politik memang terlalu beresiko. Saya kembali bertani dulu.

nb: hrap tidak di share ini k'.

Posting Komentar