Saat Warga Ghana Merindukan Sukarno

lima pemimpin dunia sedang berpose. Dari kiri: Nehru (India), Nkrumah (Ghana),
Gamal Abdul Nasser (Mesir), Sukarno (Indonesia), dan Tito (Yugoslavia)

WARGA dan keturunan Ghana di Ohio University, Athens, Amerika Serikat (AS), merayakan ulang tahun kemerdekaan ke-55. Acaranya sederhana. Tak ada kembang api yang memekakkan telinga. Tak ada aneka lomba dan pertandingan. Mereka hanya menyewa ruangan kecil, kemudian bersama memotong kue, lalu makan bersama. Ada pula hiburan ala kadarnya. Di tengah acara tersebut, tiba-tiba saja terselip kekaguman seorang warga Ghana pada sosok Sukarno. Saya merasa sangat bangga. 

Tadinya, saya hanya sekadar berkunjung. Bersama beberapa mahasiswa internasional, saya datang menghadiri undangan. Mahasiswa asal Ghana itu menyapa dengan hangat, lalu mengajak bercerita, sebagaimana layaknya sahabat akrab. Mereka sangat ramah kepada siapa saja. Beberapa di antara mereka adalah sahabat akrab di kampus. Di tengah-tengah perayaan kemerdekaan Ghana yang ke-55, saya tiba-tiba saja berbincang dengan intelektual Ghana di Ohio, Dr Albert Akyeampong, ia tiba-tiba menyebut nama Sukarno dengan penuh kekaguman. Ia mengatakan Sukarno adalah api terang yang pernah membakar bara perlawanan bangsa-bangsa Afrika pada kolonialis. 

pemotongan kue
kue kemerdekaan

Di negeri yang amat jauh dari tanah air ini, saya tiba-tiba saja merindukan Sukarno. Dr Akyeampong mengingatkan persahabatan abadi antara pendiri dan presiden pertama Ghana yakni Dr Kwame Nkrumah. Masih kata intelektual Ghana ini, Sukarno bersama Nkrumah pernah mencatat sejarah paling brilliant sebagai pemimpin negara dunia ketiga. Bersama tokoh lainnya yakni Nehru (India), Gamal Abdul Nassser (Mesir), dan Tito (Yugoslavia), mereka mengadakan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung dan menjadi momen bersejarah yang kemudian menggelorakan semangat bangsa Asia Afrika untuk bangkit melawan penjajahan. 

“Harap dicatat. Saat itu Ghana belum berdiri. Tapi Sukarno memberikan kepercayaan kepada Nkrumah untuk sama-sama berdiri sebagai pemimpin negara yang berdaulat. Mereka lalu menantang negara-negara maju yang saat itu sibuk berkonflik. Mereka mendeklarasikan kesepahaman bahwa bangsa-bangsa Asia Afrika mesti bangkit dari penjajahan dan tekanan bangsa asing. Bukankah itu luar biasa?” kata Dr Akyeampong. 

Sebagai pendiri Ghana, nama Nkrumah memang sangat membekas di hati semua orang Ghana. Sebab pria itu bukan saja mendirikan Ghana, namun juga dicatat sebagai salah satu intelektual Ghana yang cemerlang di zamannya. Sebagai seorang penganut paham sosialisme, ia menulis banyak buku yang kemudian jadi rujukan. Di salah satu kelas yang saya ambil, buku Nkrumah berjudul Coensciencism: Philosophy and Ideology for De-Colonisation menjadi buku wajib untuk dibaca. Lewat buku ini, tergambar jelas betapa jernihnya pemikiran Nkrumah untuk bangsa Afrika. Jika Nkrumah menempati posisi istimewa, bagaimanakah halnya dengan Sukarno yang di masa silam sangat menjaga persahabatan dengan Nkrumah? 

Salah seorang warga Ghana lainnya, Dr Goodwill, mengatakan, bahwa Sukarno pernah mengunjungi Nkrumah di Ghana. Saat itu, Sukarno disambut sebagai seorang pemimpin dunia. Semua orang mengelu-elukan kedatangan Sukarno sebagai pemimpin bangsa dunia ketiga. Setelah mengecek pada beberapa kliping lama, kunjungan tersebut terjadi pada tanggal 16 Mei 1961. Saat Sukarno datang, ia disambut dengan 21 dentuman meriam sebagai tanda penghormatan. 

Menariknya, koran-koran Ghana menulis nama Sukarno dengan sebutan Presiden Ahmad Sukarno. Memang, ia dan Nkrumah memiliki cara berpikir yang sama yang selalu merindukan pembebasan dari bangsa-bangsa yang disebutnya neo-kolonialisme dan neo-imperialisme. Sebagai pemimpin dunia, Sukarno diajak melihat beberapa proyek strategis di Ghana selama beberapa hari kedatangannya. Ia memang dielu-elukan seluruh warga Ghana hingga namanya membekas hingga kini. 

Peran Sukarno 

Mengapa nama Sukarno begitu membekas di hati bangsa Afrika khususnya Ghana? Salah satu pengajar Ohio University, Prof Cambridge, punya jawabannya. Menurutnya, Sukarno telah menunjukkan satu peran yang sangat besar dalam hal memosisikan negara dunia ketiga, yang berada di belahan bumi selatan, demi menghadapi dominasi negara dunia pertama. Ketika negara adi daya sibuk memperdebatkan siapa pemilik supremasi tertinggi, Sukarno telah memberikan peta jalan serta menyuntikkan semangat nasionalisme yang menyala-nyala. 

Indonesia bersama negara Asia-Afrika akan jadi satu kekuatan yang laksana air bah akan menjebol imperialism dan kolonialisme. “Strateginya sangat hebat. Ketika utara dan utara saling bertarung, Sukarno menggalang kekuatan bersama Nehru dari India, dan Tito dari Yugoslavia untuk sama-sama mengkonsolidasikan negara Asia-Afrika demi menantang kaum kolonial. Dia sosok hebat, bukan hanya bagi Indonesia, melainkan bagi dunia,” kata Cambridge. 

Puluhan tahun setelah sosok Sukarno meninggal, namanya masih saja dielu-elukan dan dibahas dengan penuh kekaguman. Dan setiap kali ada pembicaraan tentang Sukarno, saya akhirnya menyadari betapa pentingnya peran Sukarno dalam menorehkan nama bangsa di panggung internasional. Indonesia memang butuh satu simbol yang kemudian menguatkan solidaritas bersama sekaligus memberikan rasa bangga pada bangsa Indonesia yang hendak berkiprah di level internasional. 

Tapi, di saat bersamaan, saya juga miris karena negeri ini kehilangan satu sosok seperti beliau. Tak satupun anak bangsa yang punya kharisma, kiprah, serta mewarisi kecerdasan beliau dalam hal membawa bangsa ini terbang tinggi menjangkau mega-mega. Kita hanya dihadapkan pada sejumlah petualang politik yang hendak memperkaya diri di jalur politik. Di saat bangsa kita kehilangan kebanggaan pada anak bangsa sendiri, kerinduan akan Sukarno akan terus berdenyut sepanjang sungai kesejarahan kita. 

Selagi kita dihadapkan pada sejumlah politisi tanpa visi, maka nama bangsa ini kian terpuruk di kancah dunia. Sungguh ironis sebab dahulu Sukarno sanggup mengisi ruang-ruang kosong kebanggaan tersebut, namun kita justru melupakannya. Sungguh bahagia kala mengingat nama Sukarno tetap berkibar hingga kini, namun langsung sedih saat menyadari bahwa tak satupun presiden yang bisa meniti di atas jejak yang diwariskannya. Tapi, setidaknya hari ini saya diliputi kebanggan. Saya bangga karena nama Sukarno sangat membekas di hati bangsa Afrika. Meskipun di negeri sendiri, namanya sering hendak dilupakan. 



8 komentar:

Ayu Welirang mengatakan...

Saat ini sudah tidak ada lagi sosok pemimpin seperti Ir. Soekarno. Entah apakah memang pemimpinnya sudah makin berbeda di zaman yang juga berbeda ini. Entahlah...

Trolley Stainless mengatakan...

Itulah karismanya sukarno

Boyke Kusumanto mengatakan...

Bung Karno adalah Orang Besar kata Pak Roeslan Abdulgani... 3 Hal yang bisa dianalisa dari tulisan tangan Bung Karno adalah 1. Miring ke kanan Beliau adalah Orang yang Visioner dan Ekspresif, 2. Besar Beliau selalu ingin tampil menonjol 3. Garis dasar lurus Beliau mempunyai kepribadian cukup stabil menghadapi berbagai macam Goncangan.. Kita juga mengenal sosok Haji Agus Salim.. Orang Besar yang Cerdas, Elegan, Santun, Sederhana dan Sholeh..Beliau tidak pernah minder berhadapan dengan " Tokoh Asing "..Ketika mewakili Bung Karno menghadiri penobatan Ratu Elizabeth tahun 1953 Beliau agak kesal dengan Pangeran Philip yang kurang perhatian terhadap tamu - tamu asing yang datang dari negeri jauh Beliau lalu menghampiri dan mengayunkan rokok kreteknya di sekitar hidung Pangeran dan bertanya Apakah Paduka mengenali aroma rokok ini? Pangeran dengan ragu - ragu menghirup dan mengakui tidak mengenal aroma rokok tersebut, Agus Salim sambil tersenyum berkata "Itulah sebabnya 300 atau 400 tahun yang lalu bangsa Paduka mengarungi lautan mendatangi negeri saya." lalu suasana pun mencair, Pangeran mulai ramah meladeni tamunya..

Ersen mengatakan...

luar biasa ya presiden kita, semoga kelak akan ada generasi penerus yang punya jiwa besar dan semangat juang tinggi seperti beliau.

Yusran Darmawan mengatakan...

makasih atas semua komentar. thanks

Yusran Darmawan mengatakan...

sepakat Ayu. thanks atas komentarnya

Yusran Darmawan mengatakan...

benar skali..

Anonim mengatakan...

Terima kasih mas Yusran. Jika berkenana, apakah saya bisa bertanya tentang tulisan itu, kebetulan saya sedang riset tentang Soekarno dan Nkrumah, jika diijinkan mohon minta emailnya untuk koresponden nantinya. matur suwun

Posting Komentar