Sebuah Buku untuk Prof Elizabeth Collins


saat menyerahkan buku ke Prof Elizabeth Collins
SELALU saja ada rasa bahagia ketika mempersembahkan sebuah karya. Dua tahun silam, saya dan sahabat-sahabat Respect di Baubau menerbitkan buku berjudul Naskah Buton, Naskah Dunia. Dua tahun silam, kami hanya menerbitkan buku, tanpa tahu hendak di bawa ke manakah karya setebal 500 halaman tersebut. Kami hanya ingin merekam jejak pemikiran tentang kampung kecil kami. Dua tahun silam, kami hanya berpikir bahwa takdir buku itu hanya dibaca di kampung kecil kami, menjadi konsumsi warga Buton yang sejak lama menginginkan bacaan tentang wilayahnya sendiri.

Saya amat bangga dengan semua sahabat di Respect. Kami adalah himpunan anak-anak muda yang punya sedikit kenekadan. Kami berpikir bahwa ada begitu banyak sarjana dan ilmuwan yang lahir di negeri ini, tapi justru tidak menghasilkan satupun karya. Kami tak ingin menambah panjang daftar para peneliti atau alumnus program pascasarjana yang hanya bisa menyebut banyak kutipan buku, tanpa benar-benar menghasilkan sesuatu. Maka dengan segala keterbatasan, kami membuat lembaga penerbitan, lalu menulis sesuatu dan mempublikasikannya di tengah kondisi serba terbatas dan tatap sinis banyak orang.

Jangan berpikir bahwa menulis buku itu mudah. Bagi saya justru tidak mudah. Bagian tersulit adalah bagaimana mengatur semangat untuk terus menulis di tengah cibiran banyak orang tentang kualitas, tentang hal-hal yang pamali, tentang sulitnya membuat buku. Saya dan teman-teman memilih untuk menerobos semua tantang itu. Bukan untuk narsis. Bukan pula untuk kebanggaan semu. Kami melakukannya untuk membuktikan pada diri kami bahwa kami bisa berbuat sesuatu. Maka lahirlah buku itu yang saat itu ditakdirkan hanya untuk beredar di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.

Ternyata takdir buku itu lebih dari apa yang saya dan teman-teman rencanakan. Buku itu akhirnya ikut melanglangbuana ke Amerika Serikat, menjadi cenderamata yang saya persembahkan kepada Professor Elizabeth Collins, salah seorang pemerhati Indonesia yang ternama. Ibu Collins (kami warga Indonesia memanggilnya Ibu) adalah penyusun buku Indonesia Betrayed (telah diterjemahkan dengan judul Indonesia Dikhianati), buku yang menelanjangi praktik korporasi yang berselingkuh dnegan negara, dan menempatkan rayat kecil hanya sebagai catatan kaki dari proses pembangunan. Lebih bahagia lagi, karena Ibu Collins meminta saya untuk menandatangani buku itu. Bukankah ini amat membahagiakan?



saat buku itu dipajang di toko buku Gramedia

Tentu saja, kualitas buku kami sangatlah biasa. Anda bisa saja mencibir isinya, meremehkan kualitasnya, atau tidak bersepakat. Saya ingin mendiskusikannya dengan Prof Collins. Tapi tiba-tiba saya berpikir bahwa ketidaksepakatan dengan satu tulisan haruslah dijawab melalui tulisan pula. Ketidaksepakatan pada buku, mesti dijawab dengan buku pula. Para penulis dan pembuat buku adalah para pemberani yang bekerja untuk peradaban, merekam jejak-jejak pemikiran, serta mengabadikannya dalam ruang waktu. Apakah saya pemberani? Tentulah tidak. Saya hanya belajar untuk mengabadikan setiap butir pemikiran menjadi satu karya berharga yang bisa dipersembahkan kepada orang lain.(*)


Athens, 29 Januari 2012

5 komentar:

Socio Geeks mengatakan...

wah makin hebat abang saya ini .... keep writing bang Yusran ....suatu saat kita ketemu lagi yah ...

Patta Hindi Asis mengatakan...

menurut teman saya di Kendari, bukuta laku keras...smoga smangat menulis kanda yusran bisa menyebar pada kami di sagan...

Yusran Darmawan mengatakan...

@Erick: makasih atas komentarnya. saya selalu yakin kalau kita masih akan sering ketemu.
@Patta: justru saya lihat kanda patta sekarang sudah jauh lebih produktif ketimbang saya. hehehehe

Anugerah (ugha) mengatakan...

Saya belum sempat beli bukuta'. Insya Allah dalam waktu dekat. Salam sama si ibu prof, terima kasih sudah mau memerhati Indonesia.

Ah... Saya malu rasanya, beliau orang luar memerhatikan negeri Kami ini. Semoga kita semua belajar untuk mencintai dan peduli...

Oxe Blog mengatakan...

wah,bang......foto yang di singapore keren juga...
abang udah sukses...kunjung balik ya bang....

Posting Komentar