Menjelmakan Impian



HIDUP ini adalah perpindahan dari satu kejutan ke kejutan lainnya. Pada tahun 2007, saya mengkhayal sedang berjalan-jalan di depan Capitol HIll, dekat White House, yang merupakan istana kepresidenan Amerika Serikat (AS). Hari ini, saya sedang rapat bersama beberapa teman untuk membahas keberangkatan ke Washington DC, ibukota AS. Ini serupa impian, namun akan segera menjadi kenyataan.

Bagaimanakah rasanya jika mimpimu akan segera tergapai? Saya sulit menjelaskannya. Saya hanya bisa mencatat ulang bahwa apapun yang saya alami sekarang adalah apa yang sebelumnya sudah pernah dibayangkan, pernah dikhayalkan, dan diharapkan akan segera terwujud. Alam semesta telah berkonspirasi untuk mewujudkan apa yang pernah dikhayalkan pada tahun 2007 silam. Saya hanya menunggu selama empat tahun, sebelum akhirnya impian itu akan terpenuhi.

Jika memang hukum tarik-menarik itu benar ada, dan semesta akan membantu mewujudkan semuanya, apakah gerangan impian yang ingin saya gapai empat tahun mendatang? Saya belum punya tabungan mimpi. Yang saya pikirkan hanyalah keluarga yang tenang dan damai, serta tetap dalam lindungan Tuhan YME. Semoga.


Inilah catatan di tahun 2007 tersebut:



SAYA sedang berjalan-jalan di Washington DC. Menyusuri jalan-jalan kota yang menjadi jantung Amerika Serikat (AS), negeri yang mencengkramkan kuku di tatanan politik internasional. Saya menghirup udara di depan Capitol Hill, simbol politik AS yang kubahnya berbentuk bulat dan ada patung perempuan sebagai lambang kebebasan. Pematung Thomas Crawford, seorang pencinta wanita yang rela dibakar oleh rasa kecintaannya, meletakkan patung itu sebagai wakil dari kebebasan yang meluap-luap. Apakah wanita identik dengan kebebasan?

Takjub melihat itu, saya lalu menyusuri padang rumput di depan LincolnMemorial dan menyaksikan langung patung Abraham Lincoln. Di sorot mata pria ini terhampar kasih sayang pada bangsa kulit hitam hingga menjadikan dirinya sebagai martir pada tahun 1865. Ingin rasanya kutembus sorot mata itu dan mengurai sejarah perbudakan bangsa AS, sejak kedatangan imigran Inggris hingga datangnya kapal May Flower yang membawa kaum berkulit hitam dari Afrika. Betapa besar hasratku untuk menelusuri jejak perbudakan yang kemudian dihapus dengan berdarah-darah oleh Lincoln, Presiden AS terbesar sepanjang masa yang tumbuh dalam balutan kemiskinan di Kentucky dan Indiana di tahun 1818.

Ini adalah kompleks bersejarah yang dilestarikan sebagai tanda kehadiran masa silam di situ. Memandang keluar gedung itu, saya menyaksikan Washington Monuments yang berdiri tegak dan kokoh seperti sebuah batu runcing yang tertancap di dasar bumi. Batu itu menjadi prasasti atas kiprah George Washington, seorang komandan militer yang menyulut revolusi Amerika sebagai awal lahirnya Amerika Serikat. Dalam genggaman pria berkuncir ini, AS meletakkan visinya sebagai bangsa baru yang kelak menjadi superpower dan melihat dunia secara tunggal untuk ditekukkan dalam satu kriteria.

Selanjutnya, saya singgah menyaksikan langsung National World War II Memorial, yang menjadi saksi atas kejamnya Perang Dunia II. Saya menangis tertahan di saat membayangkan jenazah mereka yang terbaring demi membela negerinya. Apakah itu benar-benar dilatari tindakan heroik ataukah itu hanya reaksi atas proses pembodohan yang dilakukan secara sistematis atas nama negara? 

Ah, tangis tertahan itu kian deras tatkala saya berjalan sedikit ke dapan dan menyaksikan Vietnam Veterans Memorial yang berbentuk tembok hitam berbentuk huruf V. Di situ ada tergurat nama mereka yang tewas di Perang Vietnam. Seperti halnya warga AS yang tak pernah mengerti apa tujuan perang itu, hati ini hendak bertanya, apakah itu demi sebuah kehormatan ataukah buah kebodohan yang sukses ditanamkan negara.

BRUKK!!!!! Ada bunyi suara keras. Kepalaku sakit. Mataku berkunangan. Busyet!! Ternyata saya jatuh dari ranjang setelah lelap tidur seharian. Di tangan kananku ada buku karya Jack Canfield berjudul “American Dream.“

3 komentar:

Anonim mengatakan...

saya mau ketemu matt bellamy kak, anywhere in this world :))
(emma)

Unknown mengatakan...

semoga menjadi kenyataan saya juga punya impian ke amerika dan berkeliling keliling di sana ^.^ semoga tercapai.. amin

Unknown mengatakan...

baguss.. semoga tercapai ya, saya juga punya impian berkeliling di amerika melihat betapa indahnya bangunan nya maupun orang" yg menurut saya ramah.. semoga saya juga bisa ke sana.. amin ^.^ (impian merupakan langkah awal untuk mewujudkannya)

Posting Komentar