Bermain Angklung di Depan Siswa Bule

DUA hari lalu saya dan beberapa sahabat diajak seorang sahabat ke East Elementary (kami lebih suka menyebutnya SD Timur), salah satu sekolah dasar dan menengah di Athens, Ohio. Kami hendak mendemonstrasikan permainan musik tradisional angklung di hadapan siswa sekolah dasar.

tampil di panggung
ratusan siswa SD dan SMP Athens

Seumur-umur, saya tidak pernah bermain angklung. Bahkan memegangnya pun bisa dihitung jari. Namun, saya tidak kuasa untuk menolak semua ajakan teman-teman sehngga akhirnya memutuskan ikut. Bertempat di Baker Center, ratusan siswa SD dan SMP berkumpul. Banyak di antaranya yang memiliki tampilan fisik seperti orang dewasa (setidaknya dalam kacamata saya). Mungkin karena badannya bongsor. Makanya, acara ini seolah acara para mahasiswa.

Tak disangka jika ternyata saya dan teman-teman menjadi acara pembuka. Selanjutnya kami lalu diberikan angklung sesuai nada dasar. Dikarenakan jumlah pemain tak cukup, beberapa anak diminta naik ke panggung. Semua mengacungkan tangan. Akhirnya dibuat kuis dengan pertanyaan, di manakah letak Indonesia, berapa jumlah pulau, ataupun jumlah penduduk. Yang menjawab benar akan diminta ke depan untuk ikut bermain. Yup. Mainkan!

Yang bikin saya salut adalah karena pada setiap pertanyaan, rata-rata siswa SD mengacungkan tangan. Mereka berebutan hendak menjawab pertanyaan. Saya amat salut dengan nyali siswa SD ini. Mereka tak mengenal kata malu dan tampil dengan penuh percaya diri. Saat di panggung, mereka lalu diperkenalkan bagaimana musik angklung dan cara memainkannya.

Tanpa latihan, kami langsung bermain. Meskipun tidak pandai bermain, tapi saya hanya mengikuti instruksi saja. Entah apakah berbentuk lagu atau tidak, yang jelas, semua siswa bertepuk tangan dengan riuh. Mereka mengenali lagu twinkle twinkle little star yang kami mainkan. Setelah itu kami memainkan sekitar dua lagu hingga waktu yang disediakan panitia berakhir.

Catatan saya adalah (1) di mana-mana dunia siswa sekolah dasar adalah dunia bermain yang riuh. (2) siswa sekolah dasar di Amerika Serikat sejak kecil sdah diajarkan dengan suasana demokratis sehingga mereka tak pernah malu untuk mengekspresikan dirinya. Saat ada kuis, mereka berebutan untuk menjawab pertanyaan. Saat diminta berpidato, mereka juga akan tampil ke depan dan mengekspresikan idenya. Mereka berani sekaligus cerdas. Situasinya agak berbeda dengan kita orang Indonesia, yang sering merasa kikuk dan malu saat diminta tampil ke depan. Bahkan sayapun masih malu tampil ke depan. Padahal saya adalah mahasiswa Pascasarjana. Hehehe...


Athens, Ohio, 4 Desember 2011

2 komentar:

Atyra mengatakan...

Salut dengan Atraksinya kanda...,Ternyata Musik Tradisional kita sangat disambut antusias oleh anak2 tersebut. Satu hal lagi bahwa mereka tak pernah malu tuk mengeksprsikan diri tuk mau belajar...pelajaran Buat anak2 sekolah dasar di negara kita...:)

mutia ohorella mengatakan...

Karna kebanyakan anak-anak kecil di Indonesia selalu di tertawakan bila salah. Kesalahan seperti aib. Lihat saja...wisatawan yg datang kesini kadang ditertawakan bila salah bicara dlm bahasa Indonesia. Bila saja anak bangsa ini diajarkan bahwa kesalahan adalah sesuatu yang biasa bahkan tangga menuju keberhasilan, insya Allah bisa percaya diri seperti mereka.

Posting Komentar