Pilih Bijak atau Hebat?

SERING kupikir bahwa kita warga Indonesia bukanlah warga yang suka mendiskusikan opini dan pendapat. Seringkali, kita hanya memikirkan diri kita, menganggap diri yang paling hebat, dan seringkali memandang enteng yang lain. Padahal, orang bijak sering berkata bahwa saat kita menganggap diri sebagai yang paling hebat, maka tanda-tanda kebodohan sedang merayap di pikiran kita. Itu tanda kedunguan yang tumbuh, namun tidak kau sadari sebab dirimu dininabobokan ilusi kehebatan.


Aku tak pernah peduli dengan kata hebat dan tidak hebat. Rasanya, dunia persekolahan telah memapankan kosa kata hebat itu dalam diri kita. Seseorang merasa hebat ketika mencapai akumulasi nilai tertentu, meskipun sesungguhnya yang didapatnya hanyalah angka-angka belaka. Seseorang merasa hebat ketika melulusi sejumlah kuliah, padahal yang didapatnya tidak lebih dari kelelahan berpikir.

Pernah kucapai kategori tertinggi yang bisa didapatkan seorang mahasiswa di satu kampus besar. Tapi kalau kurenungi lagi, kategori itu tak bermakna apa-apa selain dari rasa senang melihat ijazah yang nilainya bagus-bagus. Saat terjun langsung ke kenyataan, akhirnya kusadari di situ yang berlaku bukanlah nilai. Yang berlaku adalah sejauh mana kecakapan serta kemampuanmu untuk menyelesaikan sebuah persoalan. Yang berlaku adalah kemampuanmu beradaptasi dengan iklim kerja yang berubah, serta berdinamika dengan masyarakat sekitarmu.

Kita tak banyak belajar hal yang dianggap remeh-temeh oleh dunia pendidikan kita. Kita tak diajak untuk memperkaya pengalaman, sebagai hal paling penting di dunia ini. Padahal, pengalaman telah mengajarkan bahwa kemampuan di sekolah justru bukanlah tolok ukur kehebatan seseorang.

Namun seberapa banyakkah di antara kita yang sadar bahwa ini sesungguhnya adalah kearifan tradisional yang nyaris terlupakan. Orang tua kita telah lama mengajarkan bahwa yang terpenting bukanlah menjadi cerdas. Yang terpenting adalah menjadi bijaksana pada berbagai lapangan kehidupan. Seorang cerdas belum tentu bijaksana. Sementara seorang bijaksana, pastilah seorang cerdas.

Tahukah kamu bahwa apa yang disebut hebat itu adalah sesuatu yang bersemayam dalam diri, sebagai hasil dari olah gagasan serta perenungan mendalam atas kenyataan, kemudian direfleksikan dalam sikap untuk belajar dari apapun, selalu merasa biasa saja, demi menyerap pengetahuan sebanyak-banyaknya. Kehebatan itu adalah sikap merasa diri biasa saja demi kearifan untuk terus belajar dari setiap tetes pengalaman. Kehebatan tu ibarat embun yang menetes di dedaunan, tak pernah mengharapkan kemilau, namun mataharilah yang menampakkan kejernihannya.

Namun, seberapa banyak di antara kita yang memilih sikap belajar dari kenyataan? Atau sebaliknya, memilih sikap merasa paling hebat dan melecehkan yang lain?


1 komentar:

mila mengatakan...

sebuah hasil kontemplasi diri yang cukup menggugah..trimakasih mas yusran..

Posting Komentar