Nak, Dirimu Semakin Perempuan

Anakku sayang,..
Lama tak melihat dirimu. Lama tak melihat kabarmu. Hari ini aku melihat gambar terbarumu. Wajahmu kian menunjukkan bahwa dirimu mulai menjadi perempuan. Wajahmu makin merona. Wajahmu semakin menunjukkan sisi-sisi kelembutan, sesuatu yang paling kugandrungi dari perempuan.

Ara dan Ibu
Anakku sayang..
Sejak pertama ibumu mengandung, aku tak ingin tahu apa jenis kelaminmu. Beberapa orang di kampung kita menginginkan anak lelaki. Aku tak begitu hirau. Bagiku, apapun adanya dirimu, aku amat bahagia. Lelaki atau perempuan, sepanjang itu dirimu, kuterima sebagai anugerah terbesar yang pernah kuterima. Kelak kita akan sama-sama belajar untuk melihat manusia dari sudut hati yang paling bening. Tak penting menyoal apapun yang melekat pada diri manusia. Tak juga penting menyoal lelaki-perempuan, kaya-miskin atau cantik-jelek. Semua manusia itu sama, dan yang membedakannya hanyalah kualitas spiritual, kualitas yang terdalam dan mengejawantah dalam karakter serta seberapa diterima seseorang dalam satu semesta manusia.

Nak, ini namanya Ipad
bersama sepupu Cakra

Anakku. Nampaknya ini adalah sesuatu yang sederhana. Namun betapa parahnya dampak dari sesuatu yang lahir dari konsepsi tersebut. Mungkin kita akan sama belajar kalau cara pikir yang membeda-bedakan sesuatu dari kelamin serta penampilan fisik, atau seberapa banyak isi dompet, adalah cara berpikir yang kemudian menjerumuskan peradaban kita ke dalam kubangan kisah pilu dan nestapa. Manusia akhirnya punya konsep ideal, kemudian menyngkirkan yang lain atas nama keidealan tersebut. Inilah titik pijar nestapa dalam sejarah kita hari ini.

Anakku sayang…
Kelak kita akan sama-sama menelusuri pengetahuan manusia yang tercatat rapi di buku-buku sejarah. Kita akan menjelajah dan menyaksikan sejauh mana pengembaraan manusia di ranah ilmu pengetahuan hingga melahirkan konsepsi-konsepsi besar tentang peradaban. Mungkin kelak kita akan sama-sama kecewa seba seringkali pengetahuan itu dibangun untuk menginjak manusia lainnya. Mungkin kita sama depresi melihat peradaban kita adalah kisah-kisah peperangan dan tak terhitung manusia mati demi menyangga konsepsi ideal tersebut. Mungkin kita akan sama bertanya pada diri kita, apakah makna dari lalu lintas peristiwa dan kejadian yang terus mencengkeram peradaban kita hari ini.

Tapi mungkin dirimu terlalu muda untuk memikirkan hal-hal yang sering memusingkan itu. Saat ini dirimu hanya bisa mengingat air susu ibumu yang menjadi tali pusarmu pada ibu, sekaligus semestamu. Kita serahkan hal-hal itu pada pemikir kita yang tak juga usai mmikirkannya. Biarlah diriku di sini memungut seberapa banyak daun maple yang jatuh di bawah jendela apartemenku, sembari merenungi betapa besarnya rinduku padamu.

Anakku sayang..
Rindu ini mulai menikam-nikam
Apakah dirimu tengah memikirkanku?

3 komentar:

Am_Traveler mengatakan...

Pasti k'yusran iri sm sy, soale siang td sy ketemu sm baby Ara yg chubby2... Hihihihi..

Dya Ry mengatakan...

ara menggemaskan sekali... ^_^

Yusran Darmawan mengatakan...

@dream-catcher: iya. saya kangen skali sama ara
@dyah: yup. sangat menggemaskan

Posting Komentar