Kutenun Kasih Untukmu

HARI ini usiamu genap dua bulan. Serasa baru kemarin aku menyaksikan menit-menit awal ketika engkau memandang dunia. Serasa baru kemarin ketika aku pertamakali menggendong dan mendekapmu. Tak seperti ibumu, aku tak pernah mengandungmu. Tapi akulah ayah yang memikul semua tanggungjawab atasmu. Akulah yang akan bertanggungjawab atas segala yang kau butuhkan dan perlukan untuk menjalani kehidupan ini.


Setiap mengingat dirimu, ada rasa yang menggenang dalam diri ini. Sering kusalahkan diriku kenapa harus pergi jauh meninggalkanmu. Tapi setiap mengingatmu, aku sadar bahwa ada sesuatu yang lebih besar untuk kulakukan di sini. Aku masih punya tabungan harapan agar kelak dirimu meniti di jalan yang tengah kususuri. Aku ingin dirimu kelak bisa menggapai hal-hal yang menjadi obsesimu. Dirimu mesti menaklukan waktu, mengenggam harapan dan menanamnya di pucuk tertinggi yang bisa kau bayangkan. Diriku dan ibumu yang kelak akan menjadi saksi atas pencapaian langkahmu.

Kamilah pelihat kehidupan yang bergerak laksana siklus. Hari ini dirimu tumbuh, kelak dirimu akan dewasa dan matang. Hari ini ibumu menyapihmu dengan penuh kasih. Kelak dirimu yang akan menyapih ibumu dengan kasih sayang. Aku tak meminta dirimu untuk menyapihku kelak. Cukuplah ibumu. Ia sudah berkorban banyak hal untukmu. Cukuplah dirimu mengingat bahwa seorang ayah adalah seseorang yang berkorban segalanya demi kebahagiaan anaknya. Cukuplah dirimu menyebut namaku dengan bangga saat ditanya tentang siapa yang paling kau sayangi. Cukuplah itu Nak. Aku tak minta lebih.

Hari ini, jauh di tanah Amerika Serikat, negeri yang memproklamirkan dirinya sebagai negeri penuh kebebasan, aku sedang menganyam rindu untukmu. Rinduku akan membukit, menggunung, dan kelak menyentuh langit. Rinduku akan menjelma sebagai hujan yang turun sebagai rinai-rinai yang berkecipak, merasuk dalam air, menetes dalam minuman ibumu, lalu mengalir dalam susu yang kemudian kau minum setiap hari. Dalam setiap tetes susu itu, ada rindu yang sedang kutenun menjadi selendang kasih untukmu.

Selamat ulang bulan yang kedua, anakku sayang. Selamat melihat matahari pagi.

1 komentar:

dwia mengatakan...

Tulisan yang manis. Mungkin nanti di usia setahunnya bagusnya tulisan ttgnya dibukukan.

Posting Komentar