Kukisahkan Padamu tentang Halloween


KUKISAHKAN padamu tentang pesta. Di sini, orang-orang sedang merayakan Halloween. Di sebelah apartemenku, mahasiswa memasang gambar tengkorak di pintu apartemen yang rahangnya bergerak dan sedang menyeringai. Tengkorak itu dililit kobra yang juga Nampak seram. Matanya merah menyala. Ada suara tertawa yang ngakak, amat menakutkan.

Di malam hari, aku menembus dingin demi berkumpul bersama sahabat asal Indonesia. Mereka datang dengan memakai kostum yang unik-unik. Entah kenapa, aku tak begitu tertarik. Aku hanya datang untuk makan-makan, kemudian kabur ke apartemen. Aku tak mau latah, sebagaimana para bule yang pesta hantu dengan dandanan aneh-aneh, pesta minum bir sampai mabok di tengah musik yang terus berdentam.

Aku memilih sendirian di kamar. Menonton film, atau sekadar memandangi fotomu. Bagiku, dirimu adalah energi besar yang menguatkan semua langkah rapuhku di sini. Dirimu adalah nyawa kedua yang membuatku kokoh menghadapi segala hal yang sering tak berkesesuaian dengan ideku.

Malam ini, semua teman-teman Indonesia menelusuri Court Street, pusat keramaian di Athens. Mereka meneleponku dan mengajak bergabung. Entah kenapa –sebagaimana sering kutuliskan di sini--, aku tak betah berlama-lama di tengah keramaian. Aku lebih suka berkarib sunyi, memperhatikan mereka yang ramai itu di kejauhan, sembari menggores sesuatu di laptop ini.

Kebahagiaan terbesarku bukanlah berpesta-pesta. Kebahagiaan terbesarku tatkala mengetahui bahwa dirimu dan ibumu sedang baik-baik saja, sehat walafiat sebagaimana bayi-bayi lain, serta penuh keberkahan. Kelak kamu akan dewasa dan mungkin saja akan menjalani pesta Halloween. Mungkin kamu akan menghadapi dilema sebagaimana diriku. Mungkin pula kamu akan berpikir sebagaimana driku bahwa pesta itu tak terlalu menstimulasi ruang-ruang refleksi di benak, selain menyisakan kelelahan berpikir yang entah untuk apa gerangan.

Anakku sayang. Apakah dirimu baik-baik saja sebagaimana ibumu? Malam ini kuundang dirimu untuk masuk dalam mimpiku. Kita akan bercengkrama dan bermanja-manja. Kita akan mengeja aksara kehidupan, berbagi makna, dan kelak akan memanusiakan segala yang ada di sekitar kita. 

Kelak ketika dirimu sudah cukup mengerti, aku berjanji akan membacakan dongeng pada setiap jelang tidurmu. Aku berjanji Nak. Aku akan menceritakan padamu semua kisah. Mulai kisah hantu-hantu yang kadang seram dan kadang amat baik, putri-putri, para pengeran, para pahlawan, rakyat biasa, seorang ibu bijak di sudut sana, seekor naga di negeri dongeng, tentang penyihir, atau tentang manusia-manusia hebat yang bisa berbuat hal luar biasa di tengah serba keterbatasan. 

Aku janji akan membacakannya untukmu. Jangan pernah takut kehabisan stok karena ayahmu punya ribuan stok yang berjejalan di pikiran dan tinggal menunggu saat tepat untuk dikisahkan. Ayahmu seorang pembaca dongeng dari berbagai bangsa yang melihat dongeng-dongeng itu sebagai khasanah yang ajaib untuk menyampaikan sesuatu. Ayahmu adalah seorang pendongeng hebat yang sanggup menghasilkan semua cerita-cerita hebat untuk kelak menemani tidurmu. Kita akan berpetualang bersama kisah-kisah itu. Kita akan terbang ke mega-mega impian kita bersama, menemukan karakter idolamu, menguatkan jiwamu, dan mewarnai kehidupanmu.

Anakku sayang. Ayahmu sedang merinduimu di sini.


Athens, Ohio, 30 Oktober 2011

4 komentar:

lia mengatakan...

Puitis dan penuh dgn kerinduan...
Tipe ayah dan suami yg romantis...

Gunawan mengatakan...

Luar biasa kata2nya Kanda. Memancing emosi untuk mengungkapkan kerinduan pada kampung halaman yang sdh lama nda balik...

Yusran Darmawan mengatakan...

makasih yaa

Yusran Darmawan mengatakan...

hehehe. tenkyu

Posting Komentar