Saat Nama Tengah Ikut Lenyap


PEMBERIAN nama selalu terkait dengan kultur atau budaya di mana seseorang berada. Saya lahir di Indonesia dengan nama Muhammad Yusran Darmawan. Setiba di Amerika, saya harus merelakan nama tengah saya lenyap sehingga hanya tertulis Muhammad Darmawan.

Entah siapa yang memulainya, di Amerika, seseorang selalu memiliki dua suku kata untuk nama. Kalaupun ada nama tengah, biasanya nama itu disingkat, atau malah dilenyapkan sama sekali. Awalnya saya heran saat menerima segepok surat grant dari IIE di New York dan di depannya tertera nama Muhammad Y Darmawan.

Orang Amerika Serikat tidak pernah berpikir bahwa nama Muhammad dipasang didepan nama dan lebih sering disingkat. Saya lebih sering menuliskan nama M Yusran Darmawan. Rata-rata orang Indonesia sudah tahu apa kepanjangannya. Mereka tidak mempertanyakannya lagi.

Lain tempat lain kulturnya. Di sini saya sering dipanggil Darmawan. Saya tidak pernah dipanggil dengan nama tengah. Suatu hari, saat perkuliahan dimulai, dosen memanggil Muhammad, maka yang menoleh ada dua orang yakni saya dan sahabat asal Afghanistan. Kami sama-sama protes sebab nama itu diletakkan di depan nama dan bukanlah nama panggilan.

Seorang teman juga memiliki keluhan yang sama soal nama. Nama lengkapnya hanya satu kata yakni Elizarni. Di Indonesia, banyak yang hanya memiliki nama satu suku kata. Saya mengenal Aslan, Kasman, Hamrin, atau malah Safaruddin. Saya bisa bayangkan saat pemilik nama satu kata ini ke Amerika, ia pasti akan kesulitan beradaptasi saat diminta menulis nama khususnya saat namanya ditulis komputer untuk absesnsi, atau saat buka rekening di bank. Dalam kasus teman saya, akhirnya namanya ditulis Elizarni No Name. Seorang dosen memanggilnya NO. Aneh khan?

Yah , apa boleh buat. Mungkin saatnya saya harus membiasakan diri dengan panggilan nama Muhamamd Darmawan. Meskipun keduanya hampir tidak pernah digunakan di Indonesia. Saya lebih nyaman dipanggil Yusran atau Yus. Kadang Yos. Hari ini, di saat saya melamun tiba-tiba saja seorang sahabat asal Kolombia menyapa, "Hai Muhammad!" Wah, jadi gak enak nih!


3 komentar:

sarungtenun mengatakan...

iya, malah aneh manggilnya :)

mila mengatakan...

Saya termasuk orang yang mengalami tragedi akibat 1 nama (mukhzamilah). Warga sekitar di Oz sering tak habis pikir kenapa tak memiliki surname. Biasanya dipake double, tp mereka sulit eja juga lantaran berbau arab. Akhirnya jadilah Mila Mukhzamilah, biar mudah dipanggil firstname-nya. Itupun sering salah spelling, kadang jadi Miller, Myla, Mile, yah...

Anonim mengatakan...

Tarima kasi Ode, kehadiran kanda di angkel sam, jd bukti bahwa harapan trnyata seumpama udara (tersedia setiap saat, kapan saja), bahwa masa depan selalu penuh kejutan, ajaib dan membahagiakan..., Salut berkali-kali
terima ksh namaku diingat... (hehehe......)
Aslan

Posting Komentar