Berkantor di Dunia Maya

DEFINISI perkantoran sudah waktunya untuk ditinjau ulang. Kantor bukan lagi sebuah ruangan yang disekat oleh tembok dan di situ terdapat banyak meja serta komputer. Apa yang kita sebut ruang kantor bisa jadi tidak menempati bentuk, bisa berada di mana saja. Banyak orang yang berkantor di dunia maya, berhubungan dengan banyak orang melalui internet, mengerjakan tugas serta pekerjaan di mana saja, sepanjang masih terkoneksi di internet.

ilustrasi

Saya mengalaminya selama beberapa hari. Saya sedang mengerjakan satu pekerjaan yang menuntut saya untuk banyak berkonsentrasi. Dikarenakan saya sedang menanti kelahiran bayi tercinta di Makassar, maka waktu saya pun lebih banyak di kota ini. Tapi, saya juga bisa terkoneksi dengan siapa saja melalui akses internet. Saya mengerjakan tugas, menyelesaikan sesuatu, sambil terus berkoordinasi dengan anggota tim di tempat lain.

Saya berkantor di rumah, namun sesekali berkantor pula di warung kopi. Di situ, saya memesan segelas teh, kemudian duduk hingga berjam-jam sambil mengetik di laptop, dan sering berhubungan dengan banyak orang di internet. Ketika jenuh, saya sering berpindah ke warung kopi lain keesokan harinya. Saya butuh suasana tenang yang bisa menstimulasi pikiran yang jernih dan ide-ide segar demi melahirkan banyak gagasan.

Pada saat nongkrong di warung kopi, saya teringat dengan cerpenis dan penulis skenario terkenal, jujur Prananto. Ia menghabiskan harinya di kafe-kafe di Jakarta bersama laptopnya. Di situ ia menulis dan melahirkan banyak karya hebat, yang di antaranya adalah scenario film Ada Apa dengan Cinta? Saya juga teringat dengan novelis kesukaan istriku, Dewi Lestari. Kata Dewi, saat hendak menyelesaikan naskah, ia akan mencari tempat di mana tak satupun orang mengenalnya. Di situ ia akan menghabiskan waktu berjam-jam demi merampungkan naskah. Pernah, Dewi lestari khusus menyewa kos-kosan di dekat kampus demi merasakan suasana kampus saat menyelesaikan novel Perahu Kertas.

Saya bukan Dewi Lestari. Bukan pula Jujur Prananto. Tapi saya bisa merasakan semangat mereka yang berumah di warung kopi dan berkantor di dunia maya. Apakah ini yang disebut ciri manusia modern?

2 komentar:

ningsyafitri mengatakan...

Individualistis di dunia nyata...
Hhehehe...

sarungtenun mengatakan...

efisiensi yang meringkas ruang, kerja jadi lebih efektif. di awal-awalnya yang mula-mula merasakan adalah para teknisi dunia maya, kemudian mereka yang bergaul dengan bentukbentuk digitalisasi kerja lebih lama, seperti desainer grafis dan kawankawannya, lalu penulis.
lalu semua ingin disederhanakan, asalkan penghasilan tetap 'nyata'

Posting Komentar