Pentingnya Berprasangka Baik

TULISAN Hernowo di Facebook hari ini telah membuka mata hati saya (baca DI SINI). Hernowo beberapa kali mengutip pemikiran Jalaluddin Rakhmat (Kang Jalal) tentang pentingnya berprasangka baik untuk kemudian menjadi frame berpikir kita. Nampaknya, berprasangka baik adalah hal yang sepele. Namun pernahkah kita merenungi, seberapa seringkah kita berprasangka baik? Ataukah kita lebih banyak berprasangka buruk?


Dalam tulisan tersebut, Hernowo mengajak semua orang untuk berprasangka baik pada apapun yang dihadapi. Ia mengatakan, setiap orang senantiasa dihadapkan pada dua pilihan yakni berprasangka baik dan berprasangka buruk. "Apa pun yang kita pilih, pilihan kita akan sangat mempengaruhi keadaan jiwa atau kondisi mental diri kita." Untuk itu, ia mengajak kita untuk menentukan pilihan yang memberikan manfaat-manfaat yang memungkinkan diri kita untuk tetap berada dalam keadaan emosi positif.

Saya mengamini pendapat Hernowo. Sebab saya pernah membaca artikel bahwa rasa marah, benci, dengki, cemburu, serta iri hati bisa menghadirkan energi negatif dalam diri kita. Energi negatif bisa berujung pada upaya menyakiti diri sendiri sebab secara medis, rasa itu bisa berujung pada penyakit dalam diri. 

Berkebalikan dengan itu, perasaan gembira, menyayangi, serta prasangka baik adalah energi positif yang ibarat atmosfer akan melingkupi diri kita. Berprasangka baik akan mendatangkan bahagia, kesenangan, kesehatan, serta aoutcome yang sukses dalam setiap situasi dan tindakan. Pernah saya baca artikel tentang orang terrtua di dunia. Ditanya rsepnya, ia hanya menjawab singkat, "Hilangkan rasa marah, benci, dan dengki. Kamu akan mencapai usia panjang sebab tubuh akan selalu fit."

Tulisan Hernowo ibarat embun sejuk yang membasahi kepala ini. Apalagi, dalam tulisan itu, ia banyak mengutip pemikiran Jalaluddin Rakhmat tentang kebahagiaan. Salah satu kalimat Kang Jalal yang menyentuh adalah ketika ia mengutip hadis Rasul yang berbunyi, 

“Dugalah perilaku seseorang dengan hal paling baik sampai kau yakin keburukannya benar-benar terbukti di matamu. Jangan pernah menilai-buruk ucapan seseorang sampai kamu tahu alasan kenapa dia mengucapkannya.” 

Pelajaran usai membaca tulisan ini adalah usahakan untuk selalu berprasangka baik. Jangan sekalipun berprasangka buruk, sebelum menyaksikan sendiri tindakan buruk tersebut. Itupun kita mesti menelusuri alasan hingga muncul tindakan buruk tersebut. Dengan berprasangka baik, maka kita telah menghadirkan energi positif dalam diri kita sendiri, energi yang kemudian menjadi darah dan nyawa yang mengaliri seluruh diri kita.(*)


Baubau, 14 Mei 2011

4 komentar:

Patta Hindi Asis mengatakan...

membaca tulisan Hernowo dan diperkuat lagi tulisan kanda Yusran membawa orang pada kedamaian sikap dan laku...

eeduyhaw mengatakan...

weitsss... mantap kk...berada dalam situasi sprti gmbaran diatas mmg srasa seolah ada sesutau energi mnyejukkan yg mengalir pada diri... dan itu sngat mnyenangkan, skaligus sering suka tiba2 terkikis oleh situasi2 mnyudutkan...hehehhe ^_^... tp sy tahu sy harus merebutx kmbali, sbb itu mungkin religiusitas... nice posting bang... tengkyu... ^_^

lintang mengatakan...

Tulisan yang sangat mencerahkan, Yusran....


Sepertinya saya perlu reframing untuk membuang apriori nih, apalagi terhadap orang-orang yang kekeliruannya sudah terbukti berkali-kali. Ya, saya harus tetap berprasangka baik karena hidayah bisa jatuh pada siapa pun! :)

Yusran Darmawan mengatakan...

terimakasih atas komentar tiga sahabat: patta, yudi, dan mbak lintang. mudah-mudahan tulisan di atas bisa pula menjadi otokritik buat saya untuk selalu berprasangka baik

Posting Komentar