Buddha, Hidup, dan Kemutlakan

HARI ini adalah hari Waisak. Umat Buddha merayakan kelahiran Sidharta Buddha Gautama melalui momentum Waisak. Aku tak banyak tahu tentang kisah hidup Buddha. Pengetahuanku tentang pria yang lahir sebagai pangeran di India ini hanya sebatas film Little Buddha yang dibintangi Keanu Reeves dan disutradarai Bernardo Bertolucci. Pengetahuanku tentang Buddha adalah pengetahuan yang didapatkan melalui film kungfu mandarin, serta beberapa teks yang kutemukan secara terpisah. Pernah pula kubaca hingga tuntas delapan seri komik Buddha yang dibuat komikus legendaris Jepang, Osamu Tezuka. 

Buddha sebagaimana digambar Osamu Tezuka
Dalam setiap bacaan tersebut, selalu ada kisah tentang tiga perjumpaan; ketika Siddharta bertemu tiga sosok berbeda, mulai dari orang sakit, orang tua, hingga orang meninggal. Tiga keping realitas itu yang kemudian mengubah mindset-nya atas dunia. Ia tercerahkan setelah menyadari bahwa ada sebuah kemutlakan yang akan menghampiri setiap manusia. Ia gelisah melihat manusia yang lebih memilih kesementaraan, ketimbang kemutlakan. Maka setelah memotong rambutnya, Siddharta memilih transformasi menjadi Buddha. Ia memilih kemutlakan, sekalipun kemutlakan itu menempatkan dirinya bak seorang hamba sahaya. 

Buddha adalah sosok yang menerima segala hukum yang berlaku atas alam; tanpa sedikitpun penolakan. Mungkin atas dasar itu, ia melihat kehidupan laksana sungai yang jernih dan mengalir perlahan di sela-sela bebatuan. Dan sepanjang proses mengalir itu, manusia akan menemukan pencerahan ketika memahami ke mana hidup hendak di arahkan. Bukankah kitapun akan menuju kemutlakan?

Selamat Hari Waisak!

1 komentar:

yusrandarmawan mengatakan...

test @dwiagustriani

Posting Komentar