Mengapa Tak Ada Kafe di Salemba?

DI kota-kota pelajar seperti Yogyakarta dan Makassar, kafe-kafe ala mahasiswa menjamur. Kafe yang kumaksudkan adalah tempat duduk sambil ngopi, trus ada fasilitas hotspot gratis. Di situ kita bebas membaca hingga berjam-jam sembari menghidupkan laptop dan online. Namun, betapa anehnya sebab di Jakarta, aku jarang menemukan kafe sejenis di sekitar kampus. Ada apakah?

Di dua kota yang kusebut di atas, kafe mahasiswa hadir dalam beragam jenis dan ukuran. Orang Makassar menyebutnya warung kopi. Mulai dari kelas mahal, hingga kelas pinggir jalan yang mudah diakses dengan menu super murah. Di semua tempat itu, mahasiswa bergerombol sembari menghidupkan laptop. Bisa pula sambil mencicipi kopi khas yang nikmat. Nyummy!

Bagiku, kafe sangat penting sebagai tempat alternatif untuk belajar. Buat mereka yang hobi ngeblog sepertiku, kafe adalah tempat terbaik untuk berkonsentrasi. Memang kafe selalu ramai, tapi justru di tengah keramaian tersebut aku bisa menemukan ketenangan. Sebab tak ada yang mengenali, menyapa, hingga sibuk berbasa-basi. kafe jadi tempat terbaik untuk menulis, melepas kepanatan hingga mengerjakan tugas-tugas. Lantas, mengapa di Jakarta jarang kafe buat pelajar dan mahasiswa?

Kafe juga menjadi arena sosial yang mempertemukan banyak pihak. Seorang teman di Makassar sempat bergurau kalau di Makassar, segala jenis manusia kumpul di kafe. Mulai dari politisi, tim sukses pilkada, penjual HP, hingga pencuri sekalipun bisa kumpul di kafe. Makanya, tempat tersebut menjadi oase yang mem[ertemukan banyak pihak. Di situ ada perbincangan tentang isu terbaru, proyekterbaru, hingga peluang-peluang yang bisa didapat bersama. Kafe menjadi lokus tempat bertemunya banyak pihak. Apalagi di situ, sering ada diskusi yang membahas banyak tema, mulai dari politik hingga masalah sehari-hari.

Lantas, mengapa jarang ditemukan kafe ala mahasiswa di Jakarta? Entahlah. Mungkin aku hanya melihat di kawasan Salemba tempat berdiam selama beberapa bulan ini. Di luar Salemba, terdapat ribuan kafe kelas atas yang jadi tempat kongkow banyak orang. Di sini juga terdapat banyak mal mewah yang didalamnya banyak kafe. Tapi di sekitar Salemba tak ada tempat nongkrong sebagaimana mudah ditemukan di Makassar dan Yogyakarta.

Makanya, aku merindukan kafe ala Makassar sebagai tempat bertemu para sahabat. Ah, mengapa di sini tak ada kafe sejenis?

1 komentar:

fauzi mengatakan...

ulisan yang menggugah kritis tentang kekurangan ibukota negara, bapak mohon bisa berbagi dimanasaya bisa mendapatkan info beasiswa, berdasarkan pengalaman bapak Yusran. trim's

Posting Komentar