BLACK SWAN: Kisah Angsa Binal

MESTINYA film Black Swan yang mendapatkan piala Oscar atau Academy Award. Film ini menggambarkan sekeping kenyataan tentang para ballerina, serta menunjukkan seberapa besar usaha seorang pemain ballaerina yang hendak menjiwai karakter yang dimainkan sepenuh hati. Dalam usaha itu, seorang penari bisa mengorbankan banyak hal, termasuk menjelma menjadi karakter sebagaimana yang hendak diperankannya. What?

Kisahnya bermula ketika Nina (Natalie Portman) menjadi balerina di sebuah perusahaan balet New York City. Hari-harinya adalah menari. Ketika artistik sutradara Thomas Leroy (Cassel) memutuskan untuk mengganti ballerina Beth MacIntyre (Ryder) untuk produksi pembukaan musim baru mereka, Swan Lake, Nina adalah pilihan pertamanya. Tapi Nina memiliki kompetitor: penari baru, Lily (Kunis), yang mengesankan Leroy juga. Swan Lake membutuhkan seorang penari yang dapat memainkan Swan Putih dengan penuh kepolosan, dan Black Swan, yang mewakili tipu daya dan sensualitas. Nina cocok peran White Swan, namun Lily adalah personifikasi dari Black Swan. Nina terobsesi untuk memerankan dua sosok itu demi menjadi imaji kesempurnaan. Secara perlahan, ia mulai menemukan sisi gelap dirinya, sebagaimana karakter Black Swan. 

Permainan Natalie Portman, sarjana psikologi dari Universitas Harvard ini, memang ciamik. Tapi saya lebih suka dengan kisahnya. Ini adalah kisah pergulatan melwan diri demi obsesi akan kesempurnaan. Kisah seperti ini pernah saya dengar ketika seorang pemain teater Jepang bunuh diri di atas panggung teater. Ia masih sempat memberikan penampilan, bahkan di saat-saat terakhir hidupnya. Bukankah ini yang dinamakan dedikasi pada profesi?

Entah apa sebutannya, sang aktor melakukan semacam kontemplasi untuk menghayati peran itu. Ia menghilangkan identitas "dirinya" lalu memasukkan karakter lain yang hendak diperankannya. Prosesnya jelas tidak mudah sebab amat sukar untuk menghilangkan individualitas demi empati pada satu karakter. Kita terbiasa melihat ssuatu dengan cara pandang yang kita sadari. Kita tidak terbiasa melihat sesuatu dengan cara pandang orang lain.


Namun Portman melakukannya demi sebuah totalitas. Demi peran sebagai Black Swan, ia mesti memasukkan karaktar jahat dan binal dalam dirinya. Ketika sang pelatih mencium dan meremas payudaranya, ia sebenarnya hendak mengajarkan bagaimana melepaskan sebuah desire atau hasrat. Ia hendak menunjukkan bahwa demi sebuah penampilan, kita mesti bertingkah sebagaimana peran demi mengeluarkan energi tubuh secara maksimal. Hanya dengan cara melepaskan energi dalam 'kenakalan' itu, ia akan sempurna menari sebagai Black Swan. Jika tidak, ia hanya akan menjadi White Swan yang cantik dan rapuh.

Saya sudah sering mendengar kisah demikian dari para seniman. Beberapa aktor yang bersemedi di satu tempat sunyi sebelum memainkan peran. Ada aktor yang lama tinggal di rumah sakit jiwa demi peran sebagai orang gila. Ia bertingkah seperti orang gila, demi menemukan feel atau rasa yang tepat untuk mendalami peran. Tom Hanks pernah hidup bersama seorang idiot dan meniru tingkah sang idiot demi peran Forrest Gump. Saya sudah pernah menuliskan di blog ini tentang Lola Amaria yang menghabiskan hari-hari di Victoria Park demi memahami bagaimana soerang TKI berinteraksi setiap harinya.

Mungkin inilah yang disebut totalitas. Meskipun banyak yang bilang ini berpotensi menimbulkan penyakit psikologis, namun mereka melakukan riset demi peran. Mereka berempati dan menghilangkan dirinya lalu membuka gerbang dirinya untuk orang lain. Bukankah ini luar biasa?


Jakarta, 20 Maret 2011


4 komentar:

Dwi Ananta mengatakan...

Setuju kak :D seharusnya film ini meraih piala oscar. Ceritanya sangat menarik, begitu mampu mengambarkan ambisi akan kesempurnaan pada diri seorang manusia.

Yusran Darmawan mengatakan...

makasih dweedy... smoga makin sehat dan makin cantik...

agoesinema mengatakan...

tulisan yang menarik bang yus... jd pingin nonton filmnya... trus mengenai Lola Amaria, kebetulan sy sdh nonton filmnya Minggu Pagi di Victoria Park.. filmnya sangat bagus, harusnya film ini yg memperoleh piala citra bukan 3 hati 2 dunia 1 cinta

Elok Widodo mengatakan...

Makasih🙏🏻

Posting Komentar