SAYA tak terbiasa dengan statistik. Sungguhpun saya tahu bahwa statistik itu amat penting, namun saya sudah lama tidak mengasah bakat saya di bidang itu. Padahal, statistik amat berguna untuk memotret realitas dengan segera, memahami batas-batas terjauh realitas sosial, serta mengenali gerangan apa yang terjadi.
Para ilmuwan sosial yang bekerja dengan statistik, bisa segera mengenali kenyataan secara cepat. Saya tahu bahwa statistik sering dituding menyederhanakan kenyataan lewat numerik, akan tetapi sejauh ini statistik cukup berhasil dan paling andal untuk menebak sebuah kecenderungan, mengetahui apa yang dipikirkan manusia atas sesuatu, serta bisa memprediksi apa yang terjadi kelak. Kita bisa melihat kebenaran pernyataan ini dalam statistik pemilihan umum (pemilu). Dalam dua kali pemilu di Indonesia, statistik cukup andal untuk menebak hasil pemilu pada kesempatan pertama.
Mungkin inilah yang menyebabkan mengapa statistik demikian populer. Dan saya sering menyesal mengapa tidak memperdalam statistik sejak dulu. Padahal, saya sangat yakin kalau kemampuan statistik saya di sekolah menengah cukup baik.
Tapi sejak pertama memperdalam riset kualitatif, saya sudah memutuskan untuk fokus ke situ. Riset kaulitatif mengajari saya untuk mengenali satu kenyataan dengan penuh empati, serta jauh lebih menantang sebab riset menjadi petualangan ala Indiana Jones yang berdiam di satu tempat, memecahkan masalah, dan menjalin persaudaraan dengan manusia-manusia lain.
Tapi saya tidak memusuhi statistik dan riset kuantitatif. Saya tahu bahwa statistik amat penting. Malah, kuantitatif bisa memperkuat kualitatif dalam hal memotret realitas secara tepat. Sementara kualitatif berguna untuk memahami darah, daging, serta sumsum realitas sosial tersebut.
Para ilmuwan sosial yang bekerja dengan statistik, bisa segera mengenali kenyataan secara cepat. Saya tahu bahwa statistik sering dituding menyederhanakan kenyataan lewat numerik, akan tetapi sejauh ini statistik cukup berhasil dan paling andal untuk menebak sebuah kecenderungan, mengetahui apa yang dipikirkan manusia atas sesuatu, serta bisa memprediksi apa yang terjadi kelak. Kita bisa melihat kebenaran pernyataan ini dalam statistik pemilihan umum (pemilu). Dalam dua kali pemilu di Indonesia, statistik cukup andal untuk menebak hasil pemilu pada kesempatan pertama.
Mungkin inilah yang menyebabkan mengapa statistik demikian populer. Dan saya sering menyesal mengapa tidak memperdalam statistik sejak dulu. Padahal, saya sangat yakin kalau kemampuan statistik saya di sekolah menengah cukup baik.
Tapi sejak pertama memperdalam riset kualitatif, saya sudah memutuskan untuk fokus ke situ. Riset kaulitatif mengajari saya untuk mengenali satu kenyataan dengan penuh empati, serta jauh lebih menantang sebab riset menjadi petualangan ala Indiana Jones yang berdiam di satu tempat, memecahkan masalah, dan menjalin persaudaraan dengan manusia-manusia lain.
Tapi saya tidak memusuhi statistik dan riset kuantitatif. Saya tahu bahwa statistik amat penting. Malah, kuantitatif bisa memperkuat kualitatif dalam hal memotret realitas secara tepat. Sementara kualitatif berguna untuk memahami darah, daging, serta sumsum realitas sosial tersebut.
Saya sekali karena saya hanya memperdalam riset kualitatif.
1 komentar:
Terimakasih atas pandangan positifnya terhadap statistik. Semoga nanti terbiasa dengan statistik Bro, dan belajar statistiknya dimudahkan.
Posting Komentar