Nibiru dan Ksatria Atlantis

SALAH satu penulis favorit Tasaro GK akan segera merilis novel baru berjudul Nibiru dan Ksatria Atlantis. Mendengar berita ini, saya tiba-tiba dihinggapi rasa iri dalam pengertian positif. Di saat saya hanya bisa mengkhayalkan tentang kapan melahirkan fiksi, Tasaro telah melahirkan karya-karya yang beranak-pinak. Sejauh ini, saya menempatkan Tasaro bersama Dewi Lestari, dan ES Ito sebagai para penulis yang karyanya wajib saya miliki.


Membaca tulisan mereka, saya serasa tidak sedang membaca novel fiksi. Saya seolah sedang menikmati sebuah gemuruh samudera yang sesekali mengganas, melontarkan ke sana ke mari, menggulung, namun pada beberapa bagian amat lembut di semilir angin sepoi-sepoi. Dan di situlah saya terhanyut-hanyut. Kekuatan mereka adalah pada kata-kata yang menjadi pedang dan menebas ke sana ke mari, namun bisa pula menjadi air jernih yang mengalir di sela bebatuan.

Bagi saya, Tasaro adalah salah satu penulis yang amat produktif. Ia bisa merambah di berbagai genre kepenulisan. Saya sudah memiliki beberapa novelnya. Mulai dari genre romantic seperti Galaksi Kinanthi (saya pernah menuliskan resensinya DI SINI), novel epos sejarah Muhammad: Lelaki Pengenggam Hujan (saya juga pernah meresensinya DI SINI dan DI SINI), hingga novel silat Samitha: Tragedi Murid Cheng Ho. Ini adalah karya Tasaro yang pernah saya koleksi. Di luar ini, masih ada beberapa novel karyanya seperti serta beberapa buku anak-anak.

Kali ini, ia menulis tentang kisah fantasi tentang petulangan di Atlantis. Saya belum baca bukunya sebab launching-nya akan diadakan di Gramedia Matraman, Sabtu nanti. Tapi dari synopsis yang saya baca DI SINI, saya membayangkan karya ini serupa Avatar: The Last Airbender atau serupa Harry Potter. Ini adalah kisah pengalaman seorang anak dan sahabat-sahabatnya pada sebuah dunia yang penuh sihir dan petualangan yang mendebarkan. Dunia yang mengajarkan nilai kepahlawanan, keberanian, serta belajar dari berbagai kesalahan yang manusiawi. Lewat proses belajar tersebut, seseorang akan menemukan dirinya sendiri.

Maafkan karena saya belum membaca buku ini. Tapi mendengar berita tentang karya fiksi Tasaro ini, saya luar biasa cemburu pada kemampuannya menulis dalam beragam genre. Ibarat seorang koki, Tasaro adalah koki yang piawai untuk mencoba berbagai menu dan resep masakan. Ia tidak mau berpuas diri hanya pada satu jenis resep tertentu. Padahal --sebagaimana pernah dikatakan penulis Dewi Lestari--, kutukan bagi seorang penulis tatkala tidak berani keluar dari zona mapan.

Kutukan bagi seorang penulis adalah tatkala hanya sanggup berkutat pada satu gaya kepenulisan, tanpa melakukan eksplorasi, pengayaan makna, ataupun penguatan gagasan. Tipe penulis seperti ini akan tenggelam di lipatan sejarah. Ketika menulis satu karya yang monumental, selanjutnya ia akan terpental dan lenyap, tanpa melahirkan satu karya yang orisinil. Kalaupun lahir sebuah karya, biasanya karya itu hanya mengekor atau menjiplak alur karya sebelumnya, tanpa eksplorasi. Saya bisa mengambil banyak contoh tentang ini. Salah satunya adalah novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El Shirazi yang hanya mengekor pada Ayat-Ayat Cinta serta Ketika Cinta Bertasbih. Saya pernah menuliskannya DI SINI.

Tapi Tasaro justru bisa keluar dari zona nyaman itu. Ia melahirkan karya dengan berates-ratus halaman yang menunjukkan kepiawaiannya di dunia kepenulisan. Yang luar biasa, ia sanggup menulis dengan kualitas yang terjaga. Ia mengalirkan gagasan secara lepas, dengan gaya menulis yang meliuk-liuk namun indah, serta tidak kehilangan sebuah magis yang membuat kita terhanyut. Bagi saya, keberhasilan sebuah karya adalah ketika sanggup membuat kita terkenang-kenang, menorehkan jejak dalam batin kita, serta menjadi sesuatu yang menginspirasi ataupun menggerakkan. Bisa menjadi telaga yang menyejukkan dan menjadi mata air inspirasi.

Inilah yang selalu saya selalu saya harapkan dalam karya beberapa penulis termasuk Tasaro. Saya mengharapkan telaga yang menjadi mata air inspirasi.(*)

2 komentar:

Bambang Trim mengatakan...

Izin share dan dipost di group NIBIRU's Reader (fb) Mas. Terima kasih.

Yusran Darmawan mengatakan...

makasih mas bambang. silakan di-share

Posting Komentar