BARUSAN saya menyaksikan berita tentang Walikota Yogyakarta, Herry Zudianto, yang melakukan demonstrasi seorang diri. Ia mengibarkan bendera merah putih setengah tiang, lalu menghormat ke bendera itu dan membacakan puisi. Ia hendak menyampaikan aspirasinya agar Gubernur Yogyakarta tidak usah dipilih melalui pemilihan langsung. Ia ingin agar Sri Sultan Hamengkubuwono X ditetapkan secara langsung sebagai gubernur.
bersama Walikota Yogyakarta, Hery Zudianto |
Saya cukup sedih saat melihat tayangan berita ini. Saya bisa merasakan bagaimana perasaan warga Yogyakarta yang sebenarnya lebih nyaman dengan situasi sebelumnya ketimbang mengikuti saran pemerintah. Namun, apakah mereka punya pilihan? Di saat banyak orang mulai mengabaikan sejarah dan tidak pernah peduli dengan catatan masa silam, pemerintah justru sama tidak pedulinya dengan sejarah dan hendak menginjak-injak kesepakatan masa silam.
Dalam stuasi ketika aspirasi tidak bisa disalurkan, seorang pemimpin hanya bisa menggelar demonstrasi solo (sendirian) sebagaimana yang dilakukan Hery. Saya yakin Hery ingin berbicara banyak. Namun dalam diam itu ia justru berhasil menyampaikan banyak hal. Ia ingin membahas keistimewaan dengan caranya sendiri. Dengan menunjukkan kesetiaan kepada sultan serta NKRI, ia ingin segera ditemukan satu solusi yang bijak atas titah pemerintah pusat yang menjadi simalakama bagi Yogyakarta. Yah, Yogyakarta memang bagian NKRI. Tapi bisakah ia tetap hadir sebagaimana warna pemerintahan di masa silam?
0 komentar:
Posting Komentar