Apakah Saya Sanggup Menjawab Tantangan?

TANGGAL 19 September ini, saya akan segera menjalani Pre Academic Training (PAT) di Jakarta. Maafkan jika kadang-kadang saya mulai ragu dengan kapasitas saya untuk menjalani pelatihan intensif dengan target tertentu. Saya sudah bukan lagi seorang mahasiswa baru yang penuh hasrat petualangan dan penaklukan saat pertama kali berangkat ke suatu kota dan menemukan suasana baru. Saya sudah menjadi seseorang pria dengan semangat yang mulai payah serta ingin lebih menikmati hari.

ilustrasi

Sebenarnya saya mulai nyaman di kampung. Tapi, saya agak stress juga dengan ketidakjelasan wewenang serta tanggungjawab di kantor. Saya tidak punya posisi serta bidang tugas yang jelas. Saya hanya mondar-mandir, bergosip dari ruangan satu ke ruangan lain, kemudian membubuhkan tandatangan di absensi. Mungkin akan berbeda jika saya seperti teman-teman lain yang ditempatkan di dinas-dinas.

Kata beberapa orang, saya ditempatkan untuk suatu tugas-tugas khusus. Tapi entah kenapa, hingga beberapa bulan saya bertugas, tidak juga ada yang namanya tugas khusus tersebut. Makanya, bertahan pada situasi itu juga tidak membuat saya nyaman. Energi saya habis hanya untuk masuk kantor demi bergosip dan membahas kekurangan orang lain. Untungnya, saya bisa mengatasinya dengan sejumlah kegiatan yang postif untuk komunitas. Namun, akan jauh lebih baik jika saya berangkat sekolah, menemukan tantangan-tantangan serta kegairahan baru.

Namun, apakah saya sanggup menghadapi tantangan yang agak berat ini? Entahlah. Saya sendiri mulai ragu dengan kapasitas saya saat ini. Puncak semangat saat belajar adalah saat menempuh pendidikan beberapa tahun lalu. Di situ, saya menjadi sosok berbeda. Untuk pertamakalinya dalam hidup saya menjadi seorang mahasiswa rajin yang setiap bangun pagi mempersiapkan materi yang akan dipelajari. Dan di malam hari masih sempat menyempatkan waktu membaca buku-buku dari perpustakaan.

mind mapping

Nah, apakah saya masih punya semangat belajar sebagaimana dulu? Entahlah. Mungkin saya mulai merasa nyaman dengan situasi yang ada. Pengalaman sebagai PNS selama beberapa bulan telah menumpulkan semangat yang dulu sanggup membelah apapun. Kini, saya sudah tidak banyak ambisi. Saya hanya ingin punya rumah kecil dan di situ ada istri dan anak-anak. Saya menginginkan kehidupan yang sederhana di kampung, tanpa memelihara banyak ambisi.

Apakah saya sanggup menjalani tantangan ini? Saya sendiri ragu-ragu. Saya tidak bisa membayangkan hari-hari yang kembali bergegas. Belajar dan belajar. Sesuatu yang mulai melelahkan. Entah apakah saya sanggup melakukannya. Bukankah mahal upaya menggapai cita-cita?

2 komentar:

nyomnyom mengatakan...

good luck cess..
enjoy the PAT, salam buat mbak Mira, mbak Marni dan mbak Nune'..

Yusran Darmawan mengatakan...

hehehe.. jadi malu nih karna dibaca. thanks nyomnyom atas komentarnya yaa

Posting Komentar