Hari Terakhir sebagai Bujangan

INI adalah hari terakhir sebelum janji suci diikrarkan. Barangkali ini pulalah tulisan terakhir yang saya goreskan sebagai seorang bujangan. Masa bujangan ibarat sebuah layang-layang putus yang bebas terombang-ambing ke manapun. Masa bujangan adalah masa yang bebas dalam pengertian bahwa dirimu berhak melangkahkan kaki ke manapun, tanpa harus berpikir tentang seseorang yang menunggumu di rumah atau seseorang yang mesti kau pastikan apakah sudah makan ataukah belum.

Hari ini saya agak gamang. Masa bujangan ini terlampau menyenangkan dijalani. Tapi berkubang dalam kesenangan itu ternyata membosankan pula. Sesekali kita ingin keluar dari zona nyaman dan memasuki tantangan-tantangan baru yang kelak akan mendewasakan kita. Masa bujangan ini akhirnya membosankan juga. Siapa sih yang tidak bosan jika bergerak terombang-ambing sepetrti layangan putus tanpa jelas hendak ke mana? Meskipun untuk menjalani tantangan itu kita mesti menegarkan diri, menguatkan iman agar tetap pada satu garis lurus yang menuntun kita ke jalan kebenaran.

Saya memilih keputusan untuk menjadi layangan dengan benang yang terikat erat. Walau jauh mengangkasa, setidaknya saya tidak akan lepas ke mana-mana sebab ada benang yang menahan laju terbang hingga tetap memandang bumi. Tanpa benang, takkan ada layangan. Sebaliknya, tanpa layangan, benang mustahil mengangkasa. Melalui pernikahan, saya mengikatkan diri saya pada satu sosok yang kelak menjadi partner dalam mengarungi bahtera kehidupan. Saya ingin mengangkasa dalam tarikan benang sehingga selalu kembali ke bumi.

Saya bahagia dengan semua pilihan ini. Walaupun pernikahan itu ribet dan rumit. Kelak saya ingin menuliskannya.

3 komentar:

Alwis Siraht mengatakan...

SELAMAT MENEMPUH KELUARGA BARU..SEMOGA BAHAGIA HINGGA AKHIR HAYAT."Amien"

ZAINUR mengatakan...

Nikah mengikuti sunnah rasul

Arsal Amiruddin mengatakan...

akhirnya saya mengerti kak, kenapa orang harus menikah.

Posting Komentar