Saat Bertemu Prof La Niampe

TADI siang, saya bertemu Prof La Niampe, staf pengajar filologi Universitas Halu Oleo. Orangnya cukup menyenangkan. Saya suka dengan cara ngomongnya yang berapi-api, apalagi kalau membahas tentang spesialisasinya yakni naskah-naskah kuno Buton yang bertebaran hingga Belanda. Ini adalah pertemuan pertama dengannya. Tapi kami seolah sudah lama bertemu. Mungkin, kami sama-sama punya concern yang sama pada kajian tentang kebudayaan.


Kami mendiskusikan banyak hal. Mulai dari silsilah Sultan Buton dan kaitannya dengan kerajaan lain seperti Bone dan Ternate, hingga membahas kandungan makna-makna di balik setiap naskah. Nampaknya Prof La Niampe sangat berhati-hati ketika membahas makna. Sebagai filolog, tugasnya hanya menjelaskan apa yang hendak disampaikan naskah-naskah kuno. Ia menuliskan ulang dalam huruf latin, kemudian melakukan transliterasi. Ia hanya merekomendasikan sebuah data mentah, dan selanjutnya adalah tanggung jawab para antropolog, sejarawan, atau arkeolog yang akan menginterpretasi apa makna yang terkandung dalam naskah-naskah tersebut. Peran para filolog adalah mengurai teks, kemudian tugas para ilmuwan lain untuk menyibak makna-makna.

Kata La Niampe, naskah kuno Buton menyimpan makna yang amat tinggi. Ia menilai nenek moyang tidak cuma mengandalkan rasionalitas untuk menuliskan catatan-catatan tasawuf. "Mereka menggunakan dimensi kalbu, sesuatu yang melekat dalam perjalanan manusia untuk menggapai Pencipta," katanya. Saya tidak terlalu terkejut dengan pernyataan ini. Sebab saya sendiri sudah pernah berusaha memahami beberapa naskah kuno yang sempat saya baca. Rasanya seperti membaca aforisme atau catatan filosofis dari filsuf Jerman yang paling tersohor, Friedrich Nietzsche. Padahal nenek moyang Buton menuliskannya pada ratusan tahun silam, jauh lebih tua dari Nietzsche.

Bagi saya, La Niampe adalah bagian dari komunitas intelektual yang mengkaji Buton. Saya pernah mendengar banyak berita miring tentangnya. Tapi saya tak peduli. Sepanjang ia masih tetap mengkaji naskah Buton, maka ia telah membuka tabir-tabir hijab masa lalu demi menjernihkan masa kini. Ia telah melakukan kerja penting untuk menjaga tradisi, menjaganya agar tetap awet, agar dibaca generasi masa kini yang hendak melijat pertautannya dengan masa silam. Saya memberinya apresiasi atas kerja keras yang demikian intens tersebut.(*)


Kendari, 3 Maret 2010

2 komentar:

luckystrike mengatakan...

kalo boleh tau sekarang beliau bermukim dimana?

Anonim mengatakan...

beliau sekrang tinggal dkendari jl jambu lrg komasigino anduonohu kendari. beliau juga pembimbing saya untuk analisis surat masa lampau pada kajian ilmu komunikasi. amsar kendari 085241969900

Posting Komentar