SALAH satu kebahagiaan terbesar bagi seorang jurnalis adalah ketika tulisannya menjadi headline (HL). Sensasinya susah dijelaskan dengan kata-kata. Bayangin, ketika suatu pagi Anda bangun, kemudian melihat koran, dan di situ terpajang tulisan anda sebagai tulisan utama (HL). Kemudian HP akan dipenuhi pujian atau komentar dari banyak orang tentang tulisan tersebut. It's amazing..,!!! Bahagianya tak terkira.
Sewaktu masih menjadi jurnalis, saya selalu menunggu-nunggu saat ketika tulisan saya menjadi HL. Bahkan saat bekerja di Indopersda di Jakarta --kelompok koran daerah Kompas Gramedia--, kebahagiaan saya berlipat-lipat ketika tulisan saya jadi HL di banyak koran. Namun saat tidak lagi menjadi jurnalis, saya kehilangan momen-momen ajaib itu. Gairah menulis saya langsung diarahkan ke blog ini, tanpa peduli apakah blog ini ada yang baca atau tidak. Saya menulis dengan tekun sepanjang tahun, tanpa mengetahui apakah di luar sana ada yang baca blog ini ataukah tidak. Saya selalu membesarkan hati saya dengan mengatakan bahwa menulis adalah makanan buat jiwa. Menulis adalah panggilan alam. Meski demikian, saya tetap kehilangan sensasi saat tulisan menjadi HL. Sebab di blog pribadi, semua tulisan bisa jadi HL.
Sejak bergabung di social blog seperti Kompasiana, tiba-tiba saja saya kembali menemukan kebahagiaan yang lama hilang itu. Saya memperlakukan media ini sebagai tantangan yang mesti dijinakkan. Mulanya saya mengejar popularitas. Saya merasakan betapa susahnya menjadi pemula. Maklumlah, di Kompasiana, ada banyak nama hebat di dunia kepenulisan di Tanah Air. Mulailah saya bereksperimen dengan berbagai jenis tulisan. Mulai dari yang bahas seks (nah,.. tulisan jenis ini yang paling laris), hingga tulisan-tulisan perjalanan, sosial, atau kebudayaan.
Nah, di Kompasiana, tulisan-tulisan dikelompokkan dalam beberapa kategori serta ada semacam statistik mana tulisan yang terbanyak dibaca, terbanyak dikomentari, serta apa saja tulisan HL selama sehari. Saya tertantang untuk menulis yang kira-kira bisa diterima dalam kategori tertentu. Beberapa tulisan saya (khususnya tentang seks) berhasil menjadi tulisan terpopuler. Seiring dengan itu, saya jadi punya banyak teman dari berbagai lapisan profesi serta tersebar di banyak daerah di Nusantara. Saya menjalin silaturahmi melalui tulisan, saling memberi masukan serta menyempurnakan. Saya serasa menemukan dunia baru yang mengasyikkan.
Sekian lama bergabung di Kompasiana, saya mulai menemukan kembali kegairahan menulis. Dan yang tak kalah penting, saya kembali menemukan sensasi ketika tulisan saya menjadi HL. Rasa girangnya sungguh tak terkira saat meliohat foto dan tulisan kita dipajang besar-besaran di halaman depan Kompasiana. Saya kembali menemukan kebahagiaan seorang jurnalis yang lama hilang sebab saya menyadari bahwa betapa tidak mudahnya mencatatkan tulisan menjadi HL pada sebuah social blog yang para penulisnya adalah orang-orang hebat. Nah, kebahagiaan itu saya rasakan hari ini saat tulisan saya menjadi HL sebagaimana bisa dilihat pada foto di atas.
Meski demikian, saya mesti kembali mempertegas bahwa saya menulis bukan untuk HL. Saya menulis demi mengalirkan energi yang berpusar dalam diri ini. Saya menulis sebagai terapi, sebagai makanan buat jiwa.(*)
1 komentar:
:memang luar biasa sensasinya .
saya merasakannya beberapa kali :)
selamat !
Posting Komentar