Belajar dari Mitologi Yunani

MINGGU ini adalah minggu penuh dongeng dan mitos. Mungkin karena pengaruh film Percy Jackson and The Lightning Thief, banyak kawan yang bertanya tentang mitologi Yunani pada saya. Mereka memposisikan saya sebagai Oracle atau tempat bertanya. Dalam serial Wiro Sableng, saya diposisikan sebagai Kakek Segala Tahu. Padahal, saya sendiri banyak tidak paham tentang berbagai mitologi tersebut. Apalagi harus menjelaskan. Terpaksa, saya juga harus belajar ulang demi menjawab pertanyaan tersebut.

Seorang kawan banyak bertanya tentang kisah dewa-dewa utama yang paling perkasa yakni Zeus, Poseidon, dan Hades. Ada juga yang bertanya tentang para pahlawan (hero) seperti Hercules, Achilles ataupun Perseus. Banyak pula yang bertanya tentang dewi-dewi cantik, seperti Aphrodite, Artemis, Demeter atau Calypso. Minggu ini adalah minggu penuh mitos dan dongeng.

Saat membaca serial Percy Jackson hingga tuntas, saya jadi berpikir bahwa dongeng Yunani itu tidak cuma kisah yang dituturkan sebatgai pengantar tidur bagi anak kecil. Dongeng itu berfungsi untuk menjawab keingintahuan manusia akan sesuatu. Saya membayangkan bahwa di masa silam, manusia tidak bisa menjelaskan fenomena musim semi. Nah, muncullah kisah tentang Dewi Persephone yang dinikahi Hades, penguasa kegelapan. Persephone tinggal di dasar bumi, namun setiap enam bulan sekali, naik ke permukaan. Saat ia naik ke permukaan, tumbuhlah tanaman, bersemilah bunga. Makanya, Persephone lalu ditahbiskan sebagai dewi musim semi. Kisah Persephone ini muncul pula di Jawa dengan kisah Dewi Sri, dan di Sulawesi Selatan, muncul kisah Sangiang Seri, dewi penumbuh padi, dewi kesuburan.

Di satu sisi, kisah Persephone itu memang tidak masuk akal. Namun, apa sih definisi masuk akal dan tidak masuk akal? Sains modern telah membuktikan tentang pengaruh posisi bumi pada matahari, yang kemudian mempengaruhi pergantian musim. Kita menganggap penjelasan sains ini masuk akal. Namun, sedetik berikutnya, kita juga harus tetap skeptis kalau-kalau penjelasan itu bisa digugurkan oleh argumentasi ilmiah yang baru. Artinya, hal-hal yang pada masa kini dianggap masuk akal, bisa saja menjadi tidak masuk akal ketika zaman berganti dan penjelajahan ilmiah semakin intensif.

Maka, sehebat apapun penjelasan sains, maka keragu-raguan harus tetap ditumbuhkan. Jadi, apa yang disebut kebenaran ilmiah adalah sebuah proses yang terus bergerak. Hari ini, kita menemukan kebenaran, besok kebenaran itu bisa berubah. Pernah pada satu masa, orang-orang mengakui kebenaran geosentris (pahaman yang menyebutkan bahwa bumi adalah pusat tata surya), keesokan harinya ilmuwan Galileo Galilei mengemukakan heliosentris yang dalil utamanya adalah matahari yang menajdi pusat tata surya. Galileo dicibir lalu dibunuh. Teorinya dianggap keliru. Namun, sekian zaman berikutnya, teorinya dianggap lebih benar. Kata Ignas Kleden, terdapat perbedaan antara kebenaran versi ilmiah dan kebenaran versi dunia sosial. Sesuatu bisa dianggap benar secara ilmiah, namun belum tentu dianggap benar secara sosial.

Mitologi Yunani bisa ditafsir memiliki kebenaran versi sosial. Pernah pada suatu masa, manusia menemukan kebenaran dari semua mitologi itu, lalu menjadikan mitologi itu sebagai jawaban atas fenomena alam semesta. Secara ilmiah, penjelasan itu jelas keliru, namun secara sosial, masyarakat meyakini kebenarannya, dan kepercayaan tersebut lalu menumbuhkan pengetahuan. Namun, bukankah apa yang hari ini diterima sebagai kebenaran versi ilmiah juga punya potensi untuk dianggap keliru pada suatu masa? Bukankah teori-teori baru akan bermunculan dan kemudian menumbangkan berbagai teori-teori lama? Bukankah pada akhirnya, apa yang kita yakini sebagai kebenaran ilmiah akan menjadi mitos lagi?

Saya rasa cukup sekian. Selamat berhari Minggu.


Pulau Buton, 21 Februari 2010



CATATAN:
Gambar di atas adalah gambar Dewi Athena , dewi kebijaksanaan yang sedang duduk menatap langit




1 komentar:

kokorobby mengatakan...

terima kasih sudah berbagi wawasan mengenai mitologi yunani, artikelnya sangat menarik

salam literasi,
walisongo.ac.id

Posting Komentar