Bulgo Books Rental


SETIAP orang pastilah punya impian sendiri. Ada yang bermimpi menggapai puncak Everest, bahkan mimpi yang paling ‘gila’ sekalipun yakni bisa menjangkau bulan. Tak ada yang salah dengan mimpi itu. Sebab mimpi akan menjadi mercu suar yang memberikan tanda arah dan tujuan. Melalui mimpi, manusia bisa tahu hendak ke mana arah yang dituju dan tidak akan tersesat di jalur tersebut. Makanya, selagi gratis, kita tak perlu takut bermimpi setinggi langit.

Adikku Atun tengah mendaki puncak mimpinya. Ia akhirnya membuka rental yang menyewakan ratusan buku-buku. Mulai dari novel yang berat-berat seperti Da Vinci Code hingga jenis komik yang ringan-ringan seperti Doraemon. Ini bukan sekadar rental biasa yang bermaksud mencari marjin keuntungan besar. Ini adalah mimpi yang sudah lama diikrarkannya dengan teguh. Makanya, ketika mimpi itu tergapai, ia amat bahagia dan menjalani hari-harinya dengan riang.

Setiap hari yang dipikirkannya adalah rental buku yang dinamakannya Bulgo Books Rental –nama yang diambil dari nama kesayangan ponakan di Kolaka. Mulanya ia hanya memajang koleksi pribadi. Tapi nampaknya, koleksi itu mulai tidak memadai. Ia lalu menghubungi beberapa jasa penjualan buku komik melalui internet. Suaminya juga menyempatkan waktu ke Jakarta dan menjelajahi pusat perbelanjaan Senen demi menemukan buku-buku yang dijual yang murah. Berkardus-kardus buku telah dibelinya hingga memenuhi ruang tengah rumahku yang juga sudah dipenuhi kardus buku pesanan melalui internet.

Seisi rumah ikut-ikutan repot. Mamaku kebagian tugas membungkus buku dengan plastik tipis transparan. Tetanggaku ikut menstempel semua buku. Sementara Atun sendiri setiap jam tiga sore akan ke rental buku dan menjagainya hingga jam sembilan malam. Ia hanya buka tutup rental saja, meskipun sesekali ikut membungkus buku dengan plastik.

Banyak anggota keluarga yang mulanya pesimis dengan rental itu. Apalagi, biaya sewa ruko yang cukup mahal yakni Rp 6 juta per tahun. Tapi, baru seminggu rental beroperasi, semua paham bahwa ternyata bisnis itu menjanjikan. Satu demi satu para pelanggan berdatangan. Pelanggan awal adalah anak-anak SMP yang gandrung pada komik Jepang. Kini, pelanggannya mulai bervariasi. Mulai banyak ibu-ibu pegawai negeri yang menggemari novel-novel Danielle Steele dan Harlequin. Ada pula dokter yang menggemari novel berat seperti Digital Fortress karya Dan Brown.

Banyaknya pelanggan itu membawa marjin keuntungan yang lumayan. Ia sudah bisa tersenyum saat memproyeksikan keuntungan yang bakal ditangguk dalam setahun. Tapi aku yakin bukan keuntungan itu yang menjadi tujuannya. Ia menikmati hari-hari yang bergelimang dengan buku, memiliki sedikit keuntungan untuk membeli buku-buku terbaru, serta menggapai impian yang lama didengungkannya diam-diam. Ini adalah kuncup bahagia yang mekar di hati saat sebuah impian berhasil diwujudkan.

Untuk itu ia sangat bahagia menjalani hari-harinya. Mungkin saat ini ia tengah mengamati list rencana hidupnya. Mungkinkah ia sedang mencari-cari mimpi apa lagi yang belum digapainya?

Bau-Bau, 14 Desember 2009

0 komentar:

Posting Komentar