Membingkai Seulas Senyum

AKU menikmati saat-saat seperti ini. Saat ketika aku menatapmu malu-malu, kemudian menunduk saat mata kita beradu. Sungguh, saat seperti ini amat menegangkan bagiku. Aku lebih memilih maju ke medan laga, daripada penuh percaya diri datang menemuimu, kemudian sekedar menyapa "Apa kabar?"

Aku lebih memilih menjadi sasaran dari ribuan anak panah, ketimbang harus menatap matamu yang sedang tersenyum. Aku bahagia bisa selalu menatapmu dengan malu-malu. Semakin kupandang, kau semakin menarik. Busyet!! kayaknya aku mulai menyukaimu.

Aku tahu, kamu di sana juga menatapku malu-malu. Sesekali pandang kita beradu. Dunia serasa berhenti bergerak saat seulas senyum itu menyapa. Tiba-tiba saja, semua jadi indah. Ada getar listrik yang menyengat sesuatu di sini, di dalam hatiku.

Aku memang belum mengenalmu. Kita malah belum berkenalan. Setiap kali aku singgah makan di kafe ini, wajahmu adalah hal yang paling kunanti. kau tersenyum, duniaku tersenyum. Kadang-kadang kubertanya, kekuatan dahsyat apa yang terseimpan di balik seulas senyum itu? Kenapa setiap kali kamu tersenyum, serasa jantungku berhenti berdetak? Bisakah aku mengabadikan seulas senyum itu ke dalam satu bingkai dan kupajang di ruang tamu rumahku agar selalu kupandangi tiap saat. Bisakah aku mendapat kesempatan emas itu?

0 komentar:

Posting Komentar