KEMARIN saya mengunjungi Bumi Perkemahan Samparona di Kaesabu, Bau-Bau. Kawasan yang dulunya adalah pebukitan dengan pohon-pohon pinus itu, kini menjadi bumi perkemahan yang indah. Dulunya kawasan itu adalah kawasan yang gersang, kini berhias dengan sejumlah fasilitas sebagaimana layaknya sebuah bumi perkemahan.
Di situ, saya menyaksikan patung tunas kelapa yang berukuran besar, lengkap dengan tulisan Bumi Perkemahan Samparona. Di bawahnya ada sungai buatan yang mengalir di dekat lapangan hijau itu. Kemudian, ada pula tulisan besar “Satya Kudarmakan, Darma Kubaktikan.“ Membaca tulisan itu, saya senyum-senyum karena membayangkan novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Dikisahkan bahwa Lintang dan teman-temannya menghafal mati Dasa Dharma Pramuka dan melafalkannya dnegan keras ketika diminta Pak Harfan.
Saya lalu singgah memegang patung tunas kelapa yang besar itu. Awalnya saya pikir patung itu terbuat dari kayu. Betapa hebatnya tukang kayu yang mengukir patung sebegitu besar. Setelah dekat dan dipegang, ternyata terbuat dari fiberglass. Pantasan, ketika dipukul-pukul, terdengar suara menggema di dalamnya. Berarti, ada rongga di dalamnya. Saya juga menyaksikan di areal itu berdiri arena panjat tebing yang cukup besar. Di situ, ada komunitas panjat tebing yang setiap harinya datang antri untuk memanjat tebing.
Sebenarnya saya masih ingin melanjutkan ekspedisi melihat air terjun Samparona. Namun, adik Atun yang menemani perjalanan ini, keberatan. Ia takut memasuki rerimbunan pinus yang gelap itu. Terpaksa saya mengajaknya pulang ke rumah. At least, saya menyenangi perjalanan ini. Sungguh menyenangkan menyaksikan kawasan yang dulunya tandus, kini sudah rumbun dengan pemandangan yang amat indah.(*)
0 komentar:
Posting Komentar