Booking Tiket dan Cari Kos Baru

SUDAH dua hari ini, kondisiku tidak seberapa baik. Saya terkena penyakit flu berat sehingga memaksa saya untuk tetap tinggal di rumah seperti orang pesakitan. Minggu ini saya punya beberapa target. Hal paling mendesak adalah menuntaskan semua administrasi sebelum berangkat ke Singapura. Aneh, keberangkatan masih lama (2 Mei), namun semua administrasi sudah harus beres. Minggu ini, saya sudah mengirimkan berlembar-lembar isian untuk dimasukkan ke Manpower Department di Singapura, termasuk data diri, kopian passport, serta administrasi lainnya. Minggu ini, saya harus segera booking tiket sebab pihak National University of Singapore (NUS) memintaku untuk memakai duit sendiri dan akan segera diganti (reimbursement) segera setelah saya tiba di negeri singa itu.

Nah.. saya berhadapan dengan masalah. Tak ada satupun maskapai penerbangan di Indonesia yang menjual tiket untuk penerbangan yang waktunya masih lama yaitu tanggal 2 Mei dan 2 Agustus sebagaimana saya pesan. Rata-rata membuka penjualan tiket untuk waktu sebulan di depan. Bahkan maskapai seperti Garuda Indonesia juga hanya mengizinkan booking tiket untuk tanggal itu, tanpa ada transaksi. Mereka tak mau jual tiket sebab katanya dalam waktu segitu, bisa saja terjadi fluktuasi harga tiket sehingga susah ditebak. Dalam kondisi seperti ini, dengan sangat terpaksa, saya akan berpaling pada maskapai terbaik di dunia yaitu Singapore Airlines. Inilah maskapai terbaik yang sudah lama saya impikan untuk merasakan langsung standar pelayannya. Semoga keinginan itu bisa segera terrealisasi.

Masalah kedua adalah di mana saya bisa dapat uang untuk membeli tiket? Saya perkirakan biaya tiket pulang pergi adalah sebesar 300 dollar AS, atau sekitar 4 jutaan rupiah. What can I do??? Itu satu masalah. Hal lain yang ingin saya lakukan minggu ini adalah mencari kos baru. Saya tak terlalu nyaman tinggal di rumah kakakku ini. Jarak rumahnya cukup jauh sehingga setiap kali keluar dan pulang ke rumah, biaya yang saya keluarkan bisa sampai Rp 20.000. Selain itu, rumah ini terlampau ramai hingga buat saya tak bisa tenang menulis dan berpikir.(*)


0 komentar:

Posting Komentar