KEMARIN, aku mulai membaca buku An Introduction to Pierre Bourdieu Thought. Meski baru membaca bab-bab awal, namun aku mulai paham bagaimana tali-temali pemikiran Bourdieu serta keterputusannya dengan tradisi Marxisme dan fenomenologi. Ternyata, Bourdieu berada di tengah-tengah dari kutub perdebatan itu. Ia berbeda dengan Giddens yang melihat dua kutub pemikiran itu sebagai oposisi biner atau dua hal yang dipertentangkan. Bourdieu berbeda. Aku mulai paham apa pengertian habitus versus field serta bedanya dengan dualitas Giddens tentang agency dan struktur. Namun, aku tak mau membahasnya sekarang. Oh ya, kemarin aku juga membeli kopian buku Nancy Scheper Hughes yang judulnya Death Without Weeping terbitan University of
Search
Pengunjung Blog
...
Tentang Saya
blogger l researcher l communication practitioner l lecturer l teacher l IFP Fellow l ethnographer l anthropologist l academia l historian wanna be l citizen journalist l Unhas, UI, and Ohio Mafia l an amateur photographer l traveler l a prolific author l media specialist l political consultant l writerpreneur l social and cultural analyst l influencer l ghost writer l an avid reader l father l Kompasianer of the Year 2013 l The Best Citizen Reporter at Kompasiana 2013 l The 1st Winner of XL Awards 2014 l The 1st Winner of Indonesian Economic Essay Competition 2014 l
Arsip Blog
-
▼
2007
(51)
-
▼
November
(18)
- Hidup adalah Senyawa Hal-hal Kecil
- Prof Fedyani Versus “Pak Afid”
- Serunya Seminar Tesis Mbak Fikri!!
- Foto di Jembatan Teksas
- Membaca Bourdieu
- Jangan Takut dengan Pesimis
- Apakah Optimisme Bisa Dibeli?
- Aku Ingin Menjadi Matahari
- Aku Kesal pada Prof Fedyani?
- Revolusi Memangsa Anaknya Sendiri
- It's American Dream
- Ponakanku Sakit
- Semua Agama Suka Menindas
- Tongkonan Toraja
- Beli Buku Lagi.....
- AVATAR: The Legend of Aang
- Bandung: Sisa Sebuah Peradaban
- Jalani Tes Interview
-
▼
November
(18)
0 komentar:
Posting Komentar