Malam Menjemukan



HARI ini aku memulai hari dengan penuh was-was. Aku melewati malam dengan penuh keprihatinan. Di Jakarta, kota yang begini asing, aku seakan bertarung dengan hidup. Bertarung untuk terus bertahan dan bisa membawa pulang sesuatu.

Dalam keadaan sunyi, aku gampang rindu dengan sesuatu. Aku rindu bapak di surga. Aku rindu ibu dan saudara-saudara di kampung. Aku juga rindu dengan Dwi. Satu sosok yang hingga kini terus menjadi penyemangat hidupku.

Aku benar-benar berjuang melawan semua rasa lapar dan kesepianku. Rumah kosku di Rawamangun menjadi sumpek dan begitu membosankan. Mataku tak henti memandangi arsitek dan atmosfer ruangan yang kian menjemukan.

Aku tak bisa tidur. Beberapa kali, aku bangun untuk membaca beberapa buku yang kubawa yaitu Manusia Bugis, Postrealitas, Kata Waktu, hingga buku karya Basuki Subianto yang berjudul Mengubah yang Tidak Mungkin Menjadi Mungkin.

Saking seringnya kubaca, buku itu mulai kuhafal isinya. Seakan-akan, aku mulai mengahafal dengan baik peta aksara yang ada di situ.

Nanti dilanjutkan

1 komentar:

Anonim mengatakan...

maaf selalu menuntut tak berbatas. padahal ku tahu kau berbatas

Posting Komentar