C A N T I K

 


Perempuan itu cantik jelita. Dia berharap bisa menikahi miliader kaya raya. Di satu grup percakapan di negeri Paman Sam, dia menuliskan kriteria lelaki yang diharapkan untuk menikahinya. Dia menyebutkan biaya hidup, serta perumahan mewah yang ingin ditinggalinya.

Sebagai mantan peserta Miss Kecantikan, dia sangat percaya diri. Biaya perawatan tubuhnya mahal. Belum lagi biaya-biaya lain. Dia juga mengajukan fakta kalau kebanyakan miliader punya istri yang biasa saja, tidak fashionable, dan terlihat membosankan. Dia merasa jauh lebih cantik dan pantas menggandeng para milader.

Tak disangka, postingannya ditanggapi oleh CEO JP Morgan, salah satu bank paling besar di negeri itu. CEO yang juga miliader itu membuat kalkulasi secara ekonomi mengapa dia menolak menikahi perempuan itu.

“Dari sisi bisnis, merupakan keputusan salah untuk menikahimu. Jawabannya mudah saja. Coba tempatkan “kecantikan” dan “uang” bersisian. Pihak A menyediakan kecantikan, dan pihak B membayar untuk itu. Tapi kecantikan Anda akan menghilang, sementara uang saya tidak akan hilang tanpa ada alasan yang kuat,” katanya.

“Faktanya, pendapatan saya mungkin akan meningkat dari tahun ke tahun, tapi Anda tidak akan bertambah cantik tahun demi tahun. Dari sudut pandang ekonomi, saya adalah aset yang meningkat (apresiasi), dan anda adalah aset yang akan menyusut (depresiasi). Nilai Anda akan sangat mengkhawatirkan 10 tahun mendatang,” katanya.

“Di Wall Street, jika nilai tukar turun, kita akan menjualnya dan ide buruk untuk menyimpan dalam jangka panjang, seperti pernikahan yang Anda inginkan.  Mungkin kejam untuk mengatakan ini. Kami hanya akan berkencan dengan Anda, tapi tidak akan menikahi Anda,” lanjutnya.

“Saran saya lupakan mencari pria kaya. Dan omong-omong, Anda bisa membuat diri sendiri untuk menjadi orang kaya dengan penghasilan miliaran. Milikilah kesempatan yang lebih baik daripada mengharapkan untuk bertemu seorang pria kaya yang bodoh,” katanya.

Kisah ini sangat relevan untuk memotret apa yang terjadi sekitar kita. Lihatlah istri-istri orang penting negeri ini. Mereka biasa saja.

Lihatlah Iriana Jokowi. Dia tampak sederhana saat mendampingi pria yang punya kendali atas tirilunan kekayaan negeri ini.

Orang-orang hanya melihat fisik semata. Padahal, ada banyak hal tak terlihat. Tengoklah masa-masa ketika pria itu bukan siapa-siapa. Dia bersedia menerima pria yang saat itu masih menjadi batu kali, bersabar menjalani proses dan berbagai tantangan, hingga batu kali itu menjelma menjadi emas.

Belajar dari kepingan realitas itu. Jauh lebih penting untuk memperkuat substansi, mengasah semua skill dan kecakapan hidup, serta keluasan hati untuk menerima orang lain, dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Di titik ini, pesona, kecemerlangan, dan kegemilangan akan memancar dari diri seseorang. Di titik ini, masa depan cerah hanyalah dampak dari kualitas diri yang terus memancar.

Pikiran yang jernih, ketulusan hati, dan optimisme hidup akan membuat seseorang jauh lebih bersinar dan melampaui tampilan fisiknya.


0 komentar:

Posting Komentar