Di garasi rumah, ada motor selalu nangkring. Motor itu dinamakan motor Jokowi. Kisahnya panjang.
Waktu itu, di tahun 2013, saya baru sebulan pindah mukim ke kota Bogor. Gaji saya sebagai aparat sipil negara dan periset di satu kampus besar hanya cukup untuk makan sehari-hari. Ke mana-mana, saya naik angkot. Ingin beli motor, saya tak berani menitip SK ke bank. Setiap hari saya mikir gimana cara dapat uang tambahan.
Ada beberapa teman nawari kerja, saya tak berani terima. Maklumlah, masih staf baru.
Hingga suatu hari saya melihat ada pengumuman lomba menulis yang diadakan relawan Jokowi. Hadiahnya 10 juta untuk pemenang pertama, 8 juta pemenang kedua, dan 7.5 juta untuk pemenang ketiga. Kan enak banget. Cukup duduk menulis artikel, bisa berpotensi menang lomba yang hadiahnya setara tiga bulan gaji.
Di masa itu, saya adalah pemburu lomba menulis artikel. Entah kenapa, hadiah lomba menulis saat itu sangat besar. Banyak lomba yang hadiahnya puluhan juta.
Malah, Bisnis Indonesia bikin lomba menulis yang hadiahnya mobil Agya. Pernah ikut, tapi tidak menang. Yang saya kenal pernah menang lomba berhadiah mobil itu adalah Hilman Fajrian, founder Arkademi.
Saya lihat juri lomba esai Jokowi itu adalah para sastrawan papan atas di tanah air. Saya terapkan rumus yang selalu saya pakai untuk menangkan lomba. Cari topik yang tidak biasa. Jangan bahas Jakarta dan sekitarnya. Jangan tulis topik yang sering dibahas di media. Mengapa? Sebab tema2 itu terlalu biasa. Tidak unik.
Cari topik mengenai kampung2 yang jauh dari Jakarta. Ceritakan hal2 yang jarang diamati dan dilakoni warga kota. Beruntung, sebagai orang kampung, saya punya timbunan kisah2 perjalanan, mulai dari menyusuri pulau, bertemu nelayan dan petani, hantu2 laut, dukun yang bisa bicara dengan langit, hingga kisah2 penenun di perbatasan.
Tips lain adalah hadirkan optimisme. Selain itu, harus sedikit memuji. Kalau lombanya diadakan relawan Jokowi, maka pandai-pandailah memuji Jokowi. Kalau lombanya diadakan relawan Prabowo, pandai pula memuji Prabowo. Dalam memuji, ada takarannya, biar pas. Jangan juga over sebab bisa bikin eneg. Just info, saya ikut dua-duanya. Saat Anda sibuk dalam tengkar cebong vs kampret, saya malah panen di dua kubu itu. Hehehe.
Singkat kata, saya mengirimkan tulisan tentang relawan Jokowi yang menelusuri pulau2 di Lombok Barat. Kebetulan, saya ikut rombongan relawan yang melakukan blusukan maritim. Tentunya, ada bagian yang saya dramatisasi di tulisan itu. Ada bagian yang ditambah-tambahin. Biar wow.
Puji Tuhan, tulisan itu juara dua. Saya menang hadiah uang tunai 8 juta. Begitu diterima, saya belikan motor bekas dengan harga murah. Setiba di rumah, bini protes. Kenapa beli motor bekas? Kenapa bukan yang baru?
“Tenang, tidak lama lagi kita akan beli mobil,” jawabku asal.
“Duitnya dari mana?" Dia bertanya.
“Kita akan cari lomba menulis yang lain,” lagi-lagi saya jawab ngawur.
Ternyata, beberapa bulan berikutnya kalimat itu terbukti. Hmm. Gimana caranya? Nanti kita bahas yaa. Ingatkan saya.
2 komentar:
Kisahnya keren dan inspiratif. Mau berburu lomba juga ah. Biar dapat hadiah. Ditunggu kisah selanjutnya.(janji paragraf akhir). Selamat malam, Mas Yusran.
saya suka setiap tulisan bang yusran.....lebih setengah tahun tidak buka artikela anda, bukan udah tidak lagi suka. ditabung tulisannya biar sekali duduk banyak yang bisa dibaca.....mau usul bang, bisakah diriset-di ulas kerja keras pak basuki dalam mega konstruksi tol-tol yang telah dibangun atau yang sedang berjalan....
Posting Komentar