SETAHUN silam, saya melatih 25 anak muda pemberani yang akan menjadi fasilitator di pulau-pulau terluar. Saya memberi latihan tentang dasar-dasar menulis, yang lebih ke arah pencatatan etnografi dalam tradisi riset ilmu sosial. Anak-anak muda ini bekerja di tepian tanah air, dan menyaksikan langsung halaman depan republik ini. Mereka melawan semua ketidaknyamanan demi hasrat petualangan dan penjelajahan, yang tak semua orang bisa melakukannya.
Sebelum
berangkat, saya memberi mereka target untuk menulis artikel. Pekerjaan ini tak
mudah bagi mereka, yang sebagian besar belum pernah menulis artikel. Saya
meyakinkan mereka bahwa pekerjaan ini mudah dan bisa dilakukan. Saya cukup pede
karena sebelumya pernah melatih warga desa di empat lokasi untuk membuat
artikel tentang keseharian mereka. Lagian, anak-anak muda itu sudah lama
mengenal media sosial. Jika mereka bisa buat status curhat di facebook, pasti
mereka bisa menulis artikel. Pasti mereka bisa buat buku. Yang mereka butuhkan
adalah motivasi kuat untuk bisa menghasilkan sesuatu.
Selama mereka di lapangan,
saya menjadi provokator agar mereka menulis. Saya tak henti merawat motivasi
mereka agar berani membuat catatan, seperti apapun bentuknya. Tak pernah bosan,
saya membisikkan mantra Pramoedya Ananta Toer, “Orang boleh pandai setinggi
langit, tapi selama orang itu tidak menulis, ia akan tenggelam dari masyarakat
dan dari sejarah. Menulis itu bekerja untuk keabadian.”
Saya pun menawarkan diri
sebagai editor yang membantu mereka. Tak saya sangka, proses mengedit catatan
itu menjadi proses belajar yang membahagiakan buat saya. Saya serasa bertamasya
ke banyak lokasi. Betapa senangnya mengedit kisah-kisah petualangan di pulau
terluar. Mulai dari perjalanan ke kampung-kampung di Pulau Enggano, perdagangan
ilegal penyu di Pulau Sebatik, kehidupan di Pulau Maratua, hingga pengalaman
mendebarkan saat berada di tengah pusaran konflik warga di Pulau Kolempon,
Papua. Pada setiap catatan, saya menemukan pembelajaran berharga yang
menebalkan kekaguman saya kepada mereka. Sebagai editor, saya banyak belajar
pada mereka.
Serasa tak percaya saat
melihat buku itu akan segera rampung dan akan diterbitkan Kementerian Kelautan
dan Perikanan (KKP) dan Destructive Fishing Watch (DFW). Lebih tak percaya lagi
saat melihat nama saya di sampul depan dari kerja-kerja hebat yang dilakukan
oleh anak muda itu. Ah,
bahagianya.
Bogor, 24 Juli 2016
2 komentar:
Buat yg blm pernah menulis, trus di suruh menulis artikel mah perjuangan banget.
Gw nulis postingan blog aja butuh kerja keras karena ngak ada basic suka menulis
Buku yang sangat memotivasi. Bagaimana cara mendapatkannya ya? apakah dijual bebas? saya sudah baca dan ingin memberikan kepada beberapa teman saya di lapangan. Kalau mau beli gimana ya Pak?
Posting Komentar