buku-buku baru |
HIDUP seringkali menyisakan kejutan yang
tak terduga. Tiga hari silam, aku berkunjung ke Kampung Buku di Kota Makassar.
Di sana, aku puas mengamati banyak buku, membuka lembaran-lembaran di dalamnya,
dan setelah itu membeli beberapa buku. Sepulang ke rumah, barulah aku menyadari
bahwa hari itu telah ditahbiskan sebagai hari buku internasional. Kebetulankah?
JIKA suatu saat kalian berkunjung ke Kota
Makassar, sempatkanlah berkunjung ke Kampung Buku. Letaknya di Jalan Abdullah
Dg Sirua. Bangunannya berupa rumah kecil, yang di terasnya terdapat banyak
buku. Ketika singgah, aku melihat banyak buku-buku bagus. Namun mataku fokus
pada beberapa buku lokal yang diterbitkan dan dipajang di situ.
Beberapa buku yang kulihat adalah karya
tulis para peneliti yang menuliskan hasil pengamatannya tentang Sulawesi
Selatan. Beberapa di antaranya adalah Thomas Gibson yang menulis The Sun Pursued the Moon: Symbolic Knowledge
and Traditional Authority among the Makassar. Tulisannya membahas tentang bagaimana kuasa
pengetahuan bekerja di Makassar. Beberapa tahun lalu, aku pernah meresensi buku
ini.
Aku juga melihat karya Darmawan Salman
berjudul Sosiologi Desa. Buku ini
menarik sebab gambarnya adalah beberapa pria Kajang dalam balutan baju berwarna
hitam. Gambarnya eksotik dan membuatku tertarik untuk membacanya. Aku lalu
memutuskan untuk membeli buku itu.
Aku juga sempat membuka-buka buku Kuasa Berkat dari Belantara dan Langit yang
ditulis Kees Buijs. Buku ini membahas tentang bagaimana struktur dan
transformasi agama orang Toraja di Mamasa, Sulawesi Barat. Sejauh yang
kuketahui, karya Kees Buijs inilah yang paling lengkap membahas ritual dan
agama orang Mamasa. Yup, buku ini masuk dalam daftar belanjaku.
Melihat banyak buku, aku berkesimpulan
kalau yang dipajang di sini adalah hasil riset lapangan. Teman-teman di Kampung
Buku bisa memosisikan dirinya sebagai peneliti yang bisa mengemas hasil riset
menjai sesuatu yang mudah dibaca dan populer. Mereka juga bisa membuat satu
pusat dokumentasi yang menampung khasanah buku tentang Indonesia Timur. Sungguh
menarik.
Bagi sebagian orang, buku-buku ini mungkin
memusingkan. Namun bagiku, buku-buku itu amatlah penting sebab menjadi suluh
penerang bagi siapapun yang hendak menelusuri belantara Sulawesi Selatan,
bertemu dengan masyarakatnya di pedalaman, serta menikmati hangatnya sinar
matahari
Di sela-sela mengamati buku, aku bertemu
dengan Jimpe, pengelola Kampung Buku. Jimpe bukanlah sosok yang asing bagiku.
Selain sama-sama berasal dari kampus Unhas, kami juga dahulu sering nongkrong
di Baruga Andi Pangerang Pettarani dan ngobrol ngalor-ngidul ditemani secangkir
kopi yang diminum beramai-ramai.
Kembali, kami ngobrol-ngobrol sambil
menyeruput kopi. Yang kusenangi dari setiap obrolan adalah banyaknya
pengetahuan baru, pengalaman yang sama-sama dibagikan, serta seluk-beluk dunia
perbukuan. Usai ngobrol, aku kian menyadari bahwa Makassar hari ini telah
berkembang begitu pesat. Ada banyak kafe buku baru yang dibuka. Budaya literasi
berkembang. Sayangnya, budaya menulis masih stagnan di tempat. Entah apa
sebabnya, tapi kuyakin teman-teman di Kampung Buku paham letak masalahnya.
Ketika nongkrong di Kampung Buku, aku terkenang
kembali pada mimpi-mimpi yang dahulu kupelihara. Aku ingin memiliki sebuah
rumah kecil, yang di dalamna ada perpustakaan yang memiliki banyak koleksi
buku. Aku ingin di situ ada kafe baca, serta tempat cukup luas untuk menonton
film. Aku ingin ada rumah seni dan pagelaran teater yang rutin digelar. Aku
ingin mendengar diskusi yang berpadu denan celoteh dan tawa anak kecil yang
berlarian untuk menyaksikan lukisan.
Di sela-sela kegiatan itu, aku ingin
memiliki meja kecil di sudut ruangan. Dngan ditemani secagkir kopi Toraja, aku
ingin membekukan kenyataan yang indah yang kusaksikan. Aku ingin mencatat semua
kenangan dalam lembar-lembar yang kemudian kubagikan secara gratis, yang
kuharapkan bisa mecerahkan orang lain. Semoga mimpi itu terpenuhi. Semoga Yang
Maha Menggenggam tak pernah melepaskan genggaman-Nya atas semua mimpi yang
kuucapkan serupa mantra di satu siang ketika sedang membolak-balik buku di
Kampung Buku.
Semoga...
4 komentar:
Mimpinya indah sekali, siapa yang tak ingin mimpi seperti itu kesampaian? Semoga suatu hari bisa tercapai ya, Bang Yusran. Saya tinggal bertandang deh. :-)
Mantap bang!
Indriastuti: makasih banyak. Semoga suatu hari bisa kesampaian.
Ananda: makasih juga.
Semoga suatu saat nanti mimpi indahnya akan kesampaian.
Posting Komentar