Ara yang cantik dengan baju cheongsam |
ANDAIKAN
Ara tak datang ke Amerika, saya tak akan banyak tahu bagaimana warga Amerika
memandang keberadaan anak kecil. Saya tak akan banyak tahu bahwa di negeri,
yang sering mendapatkan stigma negatif di tanah air, anak kecil serupa raja
yang diperhatikan, disayangi, dan akan disapa ke manapun ia bergerak.
D
tanah air, anak kecil sering tak mendapatkan hak untuk bicara atau bersuara.
Saat masih kecil, saya sering mendengar perkataan orang dewasa, “Anak kecil tahu apa! Cuci kaki baru bobo!”
Kalimat ini menunjukkan pandangan masyarakat bahwa seorang anak tak punya hak
suara. Orang dewasa merasa lebih dominan dalam menentukan apapun. Orang dewasa
menganggap dirinya pemilik otoritas, dan anak kecil mesti tunduk.
Di
banyak daerah pesisir di Sulawesi, sering saya menemui kenyataan bahwa anak
kecil dilarang untuk memakan kepala ikan. Ada anggapan yang tumbuh di
masyarakat bahwa tindakan memakan kepala ikan akan menyebabkan seorang anak
akan bodoh. Padahal, jika dilihat dengan seksama, tak ada korelasi antara
kebodohan dan perilaku makan kepala ikan. Ternyata, orang dewasa yang
menggemari kepala ikan, dan ingin memonopolinya.
Sejak
anak saya Ara datang ke Athens, saya rajin membawanya ke kampus. Ketika bersama
Ara, saya seolah melihat dunia yang berubah. Di mana-mana, saya bertemu dengan
orang yang tersenyum, memberi sapaan “hai”, serta datang untuk mengajak Ara
berbicara. Kadang-kadang Ara malu dan menyembunyikan wajahnya. Tapi, jauh lebih
sering ia penuh percaya diri. Ia juga akan menyapa “hai”. Saat inilah, biasanya
bule-bule itu akan bertanya banyak hal tentang Ara, mulai dari umur, hobi,
hingga asal negara.
Bersama
anak kecil, saya menemukan keramahan dan sapaan di mana-mana. Ini negeri yang
warganya sangat menghargai dan memperhatikan anak kecil. Ke manapun saya pergi,
saya menemukan keistimewaan dan perlakuan khusus karena anak kecl yang saya
bawa,
Ini
negeri yang warganya senantiasa mendahulukan anak kecil. Ketika bersama Ara dan
hendak masuk gedung, maka akan ada orang yang membukakan pintu lalu menunggu
hingga kami masuk, lalu menutupnya. Sering, di tengah suasana tenang di
perpustakaan, Ara datang dan berlari di tengah mahasiswa yang sedang membaca.
Apakah mereka terganggu? Tidak. Mereka akan menoleh lalu tersenyum sambil
berkata, “U’re so cute. U’re so
adorable.”
the beauty and the beast. hehehe |
Banyak
di antara mahasiswa itu yang berhenti membaca, lalu tersenyum-senyum sambil
memperhatikan Ara. Sering saya merasa tak enak hati sebab tiba-tiba saja, Ara
akan ribut dan sedikit manja. Biasanya saya minta maaf pada orang yang menyaksikan.
Tiba-tiba mereka akan menjawab, “You
don’t have to. Dia kan anak kecil yang bebas melakukan apapun. Dia adalah putri
raja!”
Pernah,
saya membawanya di satu pertemuan. Tiba-tiba saja Ara berteriak-teriak di
ruangan itu, di saat semua orang sedang serius dan tenang. Lagi-lagi, saya
meminta maaf. Tapi orang-orang di situ langsung melarang saya meminta maaf.
Mereka akan berkata, “Dia berhak
melakukannya. Dia kan anak kecil.”
Pernah
pula, di tengah cuaca dingin, kami menunggu bis di tepi jalan. Tiba-tiba saja,
sebuah mobil menepi. Seorang perempuan bertanya apa saya bisa bahasa Inggris?
Setelah diiyakan, ia lalu mengajak kami menumpang di mobilnya. Saat saya tolak
dengan halus, ia menjawab, “Izinkan saya
mengantarkan kalian. Saya tak ingin melihat kalian, khususnya anak kecil yang
cantik itu, kedinginan.”
Ya
Allah. Ini negeri yang warganya bukan saja saling memberikan dorongan, namun
juga menghargai dan menyayangi anak kecil. Ini negeri yang penduduknya
memberikan semua keistimewaan kepada anak kecil sehingga mereka bisa tumbuh
dengan siraman rasa cinta, sehingga kelak anak itu akan tumbuh dewasa dan
memberikan manfaat kepada semesta. Betapa indahnya jika semua orang berpikir
demikian.(*)
Athens, 7 Februari 2012
4 komentar:
Nice story kak. Di Indonesia, sepertinya orang tua yg lebih akan dapat prioritas itu, namun itupun jg hanya sangat sedikit porsinya..
thanks atas komennya. sy jg berpikir demikian..
Nice story kanda, seperti kisah2 lainnya soal hebatnya Amerika dan gagalnya Indonesia.. :)
Kalo kak Yusran sudah tau cara mendapat suaka dan pindah kewarganegaraan, bolehlah di bagi2 ke saya... hehehehhe....
gaklah. sy gak pernah cerita ttg ebatnya amerika. sy cuma cerita pengalaman serta apa yang bisa dipelajari di sana.
sy gak pernah mikir pindah warga negara. sy udah mau pulang kok.
Posting Komentar