BETAPA anehnya jurusan ilmu komunikasi di negeri ini. Banyak yang selalu berpikir bahwa ilmu komunikasi seolah berdiri tegak, memiliki batang tubuh epistemologi sendiri, sehingga kokoh menjulang. Padahal, di luar negeri, saya jarang menemukan istilah Communication Science. Lebih sering saya temukan Communication Studies sebagai tanda bahwa ilmu komunikasi berkembang melalui interaksi dan pengayaan dari berbagai bidang studi lain. Lebih aneh lagi karena di negeri ini orang-orang selalu berbicara tentang linear tidaknya pendidikan di tingkat sarjana atau magister. Katanya sih, ini aturan pemerintah. Padahal, jika mengamati bagaimana perkembangan ilmu komunikasi di luar negeri, maka mestinya kita malu sendiri. Di sana, komunikasi kian melebur sehingga membuka kemungkinan penggabungan dengan berbagai bidang lain. Tak percaya? Itu hak anda.
Seminggu ini, saya rajin menjelajah ke jurusan komunikasi yang berada di negara lain. Saya melihat masing-masing menerjemahkannya secara berbeda. Jika di Amerika Serikat (AS), banyak yang melihatnya sebagai studi retorika, kampanye, komunikasi politik, maka di Inggris justru banyak dilihat sebagai studi media yang fokus pada aspek kultural dalam melihat subyek komunikasi. Ada yang menggabungkan komunikasi dengan studi bahasa. Tapi banyak juga yang menggabungkan komunikasi dengan politik. Tapi, ada juga beberapa kampus di Amerika Serikat juga memiliki kurikulum yang hampir sama dengan Inggris. Misalnya di Indiana University at Bloomingtoon, komunikasi bergabung di bawah payung Department of Communication and Culture.
Di Inggris, beberapa kampus justru menggabungkan komunikasi dengan cultural studies. Lihat saja University of Sussex at Brighton. Jurusan komunikasi berada di bawah payung Department of Media and Cultural Studies. Sementara di Belanda yakni di Utrecht Universiteit, jurusan komunikasi bergabung dengan studi pertunjukan yakni Department of Media and Performance Studies. Kesimpulan saya adalah sedang terjadi perkembangan besar dalam bidang ilmu pengetahuan. masing-masing kampus menerjemahkannya sendiri-sendiri, namun semuanya menunjukkan bahwa komunikasi adalah sesuatu yang tumbuh dari hasil dialog-dialog dengan berbagai ranah tradisi lain dalam ilmu pengetahuan.
Komunikasi ibarat pohon yang akarnya bisa berasal dari mana saja. Ia menyerap inspirasi yang kian memperkaya bidang kajian. Pada titik ini, komunikasi harus berbesar hati dan menyilahkan para penggiat ilmu lain untuk sama-sama bergabung dan memperkaya kajian tentang media, khalayak, atau tentang studi kampanye. Barangkali kita bisa menyebut ciri utama komunikasi adalah dalam hal obyek atau subyek kajian. Sepanjang itu mengamati dinamika atau interaksi komunikasi, maka semua ranah kajian bisa sama-sama bergabung dan merayakan dinamika ilmu. Ah, ini hanya refleksi sesaat. Mungkin saya mesti lebih banyak searching.
Bisakah Anda memberi masukan buat saya?
3 komentar:
baca tulisannya kakak poseidon selalu membri pengetahuan baru....
selamat berjuang ya kak....adik Athena akan berusaha belajar dgn giat disini sehingga bisa mengikuti jejakmu...*jalan-jalan sekaligus belajar hehe...^^
saya sedang sekolah jurusan komunikasi di Malaysia, dan saya baru benar2 terbuka bahwa komunikasi bukan hanya broadcasting dan humas saja tapi lebih dari itu berhubungan dengan berbagai aspek budaya dan interaksi sosial yang bahkan jarang terperhati. tapi kalau melihat di daerah Jogja, ilmu kajian budaha mulai populer disana, kajian kependudukan, feminisme, komunikasi lintas budaya yang di kota besar lainnya tidak tersentuh karena sudah berdiri tegak bahwa komunikasi adalah broadcasting dan humas. tapi mungkin ini bukan berarti tidak akan berkembang ke arah sana (kajian budaya dll), belum saja mungkin. selamat berjuang!
Ternyata fakultas Ilmu Komunikasi di beberapa negara berbeda dengan di Indonesia, jika di Indonesia umumnya masuk ke fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik atau ada juga yang mempunyai fakultas sendiri.
Posting Komentar