ISTRI saya seorang pencandu internet. Saban hari yang dilakukannya adalah mengintip facebook (selanjutnya saya sebut fesbuk) dan aneka situs jejaring sosial. Ia sibuk memperhatikan siapa saja yang menyapanya di dunia maya, sementara di dunia sesungguhnya, hari-harinya adalah rekreasi ke sana ke mari, kemudian senang dipotret bagai artis. Foto tersebut lalu di-publish di fesbuk agar disaksikan dan dikomentari sahabat-sahabatnya.
Ia menikmati saat-saat berselancar di internet. Tawanya menggema kala saling bersahutan dengan sahabatnya. Di dunia internet, ia menjadi sosok yang ceria dan suka menyapa. Sementara dalam kehidupan nyata, istri saya sebenarnya tidak terlalu suka basa-basi, ia suka berkontemplasi saat menulis, dan butuh proses adaptasi saat baru bertemu dengan orang-orang baru. Dirinya seakan bisa memecah dengan dua kepribadian. Satu di alam nyata sebagai dirinya yang sesungguhnya, sedang satu lagi di dunia maya melalui fesbuk dan aneka situs jejaring sosial.
Dalam kasus istri saya, dua dunia itu tidak seberapa kontras. Sebab ia juga amat periang dalam kehidupan nyata. Tapi saya mengenal seorang sahabat yang dunianya demikian kontras. Dalam kehidupan nyata ia adalah sosok pendiam dan pemalu. Ia suka jaim alias jaga image saat bersama mahluk bernama perempuan. Namun di dunia maya, ia serupa playboy atau superstar. Keceriaannya melampaui batas. Selain sibuk mengomentari apapun, ia juga menjadi sosok baru yang menjadi alter ego dalam kehidupan sesungguhnya. Di internet, ia amat bijak, tampan, dan penuh percaya diri. Melalui skill menulisnya yang dahsyat, ia mentransformasi dirinya menjadi sosok penuh kalimat bijak yang digandrungi.
Saya seringkali merenung setiap melihat kenyataan ini. Fenomena istri saya dan sahabat tersebut adalah fenomena universal yang bisa ditemukan di mana-mana. Ini memang abad internet yang serupa wabah dan menjangkiti semua orang. Kasus-kasus ini menarik untuk diteliti sebab menunjukkan bahwa dunia maya bisa menjadi ruang kanalisasi diri. Dunia maya adalah dunia yang memenuhi segala hasrat dan harapan kita atas sesuatu. Dalam kisah Harry Potter, dunia maya ibarat ruang datang dan pergi yang menyediakan semua yang kita butuhkan. Namun, dunia ini sifatnya semu belaka, sebab saat koneksinya diputus, Anda kembali menjalani hari-hari --yang mungkin menyebalkan. Anda kembali menjadi diri Anda yang sesungguhnya.
Namun benarkah dunia maya itu semu? Saya meragukannya. Juatru saya melihat dunia itu real. Segalanya nyata sebab pengalaman terkoneksi bisa di-share secara bersama-sama. Justru melalui dunia maya, kita bisa menemukan karakter dasar yang sesungguhnya pada diri seseorang yang selama ini tersublimasi dalam dunia social kita. Entah, apakah sudah ada sosiolog atau antropolog yang mencatat fenomena ini, namun saya melihat dunia maya menjadi cermin atau refleksi dari diri kita yang sesungguhnya. Dunia inilah yang merangkum siapa diri kita yang sebenarnya, tanpa proteksi. Jika pada dunia sosial interaksi terbatasi oleh status dan kategori sosial --yang sering membentengi kita--, maka dalam dunia maya, semuanya akan lebur. Anda bisa memilih berbagai peran dan status, tanpa ada satupun yang keberatan, tanpa ada kategori social yang menjadi benteng perilaku. Dan itulah diri Anda yang sesungguhnya.
Ketika sahabat itu memilih peran sebagai sosok bijak, maka itulah cerminan diri sesungguhnya yang sedianya dipilih dalam dunia social. Disebabkan situasi yang mungkin belum memihaknya, ia merepresi semua citra tersebut di alam maya demi menjadi kanal atas apa yang sesungguhnya diidam-idamkan. Dalam dirinya, hidup dua dunia dan dirinya memainkan peran berbeda pada dua dunia tersebut. Anda jangan mengatakan bahwa dunia maya itu semu sebab kanalisasi diri yang sesungguhnya justru terletak pada dunia ini. Berbagai status diri yang dicatatnya di fesbuk adalah jejak-jejak yang menunjukkan diri yang sesungguhnya. Mungkin ia berdusta di situ, namun dusta-dusta itu adalah petunjuk atau clue, semacam jejak yang bisa dilihat sebagai fakta-fakta yang membawa kita untuk menyelami dirinya yang sesungguhnya.
Anda tak butuh seorang Sherlock Holmes untuk mendeduksi semua fakta tersebut. Anda bisa mengetahui karakter sahabat tersebut hanya dengan mengumpulkan semua status di fesbuk, kemudian dilihat kaitan satu sama lain. Tak percaya? Coba lihat kerja para psikolog atau psikoanalisa untuk menganalisa kepribadian. Mereka mencatat semua struktur kalimat yang kita lepaskan, lalu menganalisanya secara seksama. Bukankah hal itu bisa dilakukan dengan mengamati status fesbuk seseorang? Bukankah status di fesbuk adalah cerminan diri kita yang sebenarnya?
Entah, bagaimana menjelaskan hal ini. Mungkin para psikolog menyebutnya split personality atau kepribadian ganda. Tapi saya lebih suka menyebut fenomena dunia maya ini sebagai fenomena Jack Sully. Dalam film Avatar karya James Cameron, Jack Sully seorang militer pesakitan. Kakinya lumpuh sehingga ruang geraknya terbatas. Saat tiba di Planet Pandora, misinya adalah mengkoneksikan dirinya dengan tubuh lain sebagai Avatar yang secara fisiologis bisa beradaptasi dengan alam Pandora. Jack Sully menjadi sosok baru di Pandora yang bisa berlarian serta berjumpalitan, sesuatu yang tidak bisa dilakukan saat bersama tubuh aslinya.
dua sisi Jack Sully dalam film Avatar |
Nah, ketika Anda terkoneksi dengan internet, Anda ibarat Jack Sully yang memasuki tubuhnya barunya. Anda bisa bergerak sebebas mungkin, bisa berlari secepat mungkin, bisa bersahabat dengan siapa saja, tanpa harus terbatasi oleh tubuh dan kategori social. Anda bisa memilih peran secara bebas dan menjelmakan diri Anda secara utuh dalam peran tersebut. Pada titik ketika dua dunia itu bisa dijaga perannya, tak ada masalah apa-apa di situ. Namun pada titik ketika internet sudah menjadi candu dan satu-satunya dunia, maka waspadalah kalau-kalau Anda mulai menampik dunia social sesungguhnya. Anda sudah mengalami simulasi ketika dunia internet mulai menggantikan peran pada dunia social.
Apa yang bakal terjadi di masa depan? Tergantung pada kemampuan seorang individu. Ketakutan saya adalah Anda akan memilih apanyang dlakukan Jack Sully yakni meninggalkan tubuh kasar Anda dan memilih tubuh Avatar. Mungkin ini menggelikan. Namun siapa bilang gagasan ini mustahil? Kelak kita akan menyaksikannya.(*)
1 komentar:
kurang sreg dengan judulnya k'. Saya lebih memilih, "Dunia Fesbuk, Dunia Lainnya".
Posting Komentar