DI kota Makassar, saya kedatangan tamu, seorang pria Jepang. Namanya Ohashi Koichi. Dia bekerja sebagai Konsulat Jenderal Jepang. Dia bercerita tentang sejarah serta pertautan Makassar dan Jepang.
Di tempat lain, orang Jepang identik dengan penyiksaan dan kerja paksa. Tapi di Kota Makassar, sejarah Jepang tidak sekelam itu. Prajurit Jepang malah bersahabat dengan masyarakat.
“Itu karena mereka yang ke Makassar adalah angkatan laut. Mereka punya pendekatan berbeda,” kata sejarawan Meta Sekar Pudjiastuti yang ikut mendampingi Ohashi.
Sejarah Jepang cukup panjang di tanah ini. Mereka berdatangan sejak tahun 1897 di masa HIndia Belanda. Pada masa itu, hasil alam dan minyak bumi dikirim ke Jepang. Pernah saya membaca catatan, saat JP Coen membantai orang Banda, ada beberapa samurai yang menjadi algojonya.
Di Makassar, orang Jepang membaur dengan masyarakat. Malah mereka membuka toko klontong, hingga bengkel sepeda. Meta meyakini, becak bermula dari modifikasi yang dilakukan orang Jepang di bengkel sepeda di Kota Makassar.
Saat jumpa Ohashi dan Meta, saya sampaikan banyak nama-nama orang tua di Buton yang pakai nama Jepang. Bapak saya bernama Taisho, yang merupakan nama senam di Jepang. Nenek saya cerita kalau bapak lahir saat tentara Jepang sesang senam.
Seorang paman saya bernama Heiho atau dipanggil La Hei yang merupakan nama pasukan rekrutan Jepang. Ada juga beberapa guru saya yang bernama Jepang. Di antaranya adalah Amura. Mungkin, bagi orang tua di masa itu, nama Jepang cukup keren.
Begitulah, orang-orang tua di Buton memberi nama anaknya berdasarkan peristiwa saat lahir. Adik bungsu bapak saya bernama La Popi karena lahir saat Pemilu 1955, yang oleh orang Buton dinamakan saat popili atau memilih.
“Ah, yang benar?” kata Ohashi. Saya lalu memperlihatkan nama bapak saya di grup WA keluarga. Saat dia membaca nama bapak, lamgsung dia teriak: “すごいね.”Sugoi ne. Hebat. Luar biasa.
Saat saya ceritakan diskusi ini di grup keluarga, anak saya Ara, yang mulai suka bikin komik, kaget juga pas tahu nama kakeknya. Tiba2 dia berkata: “I'm stealing that name for my character. it sounds cool.”
Really?
0 komentar:
Posting Komentar